Liputan6.com, Jakarta - Kasus global COVID-19 telah mencapai 93,8 juta pada 16 Januari 2021, menurut John Hopkins University CSSE yang dilihat pada Sabtu siang.
Sementara angka kematian telah mencapai 2 juta, dengan AS menjadi negara dengan korban meninggal terbanyak dengan 391 ribu orang.
India dan Brasil menjadi dua negara yang turut mencatat akumulasi kasus memprihatinkan --dengan Delhi membuntuti AS di peringkat kedua akumulasi kasus positif dengan total 10,5 juta.
Advertisement
Sementara Brasil membuntuti AS untuk akumulasi kasus korban meninggal dengan 208 ribu orang.
Baca Juga
Pakar memperingatkan bahwa angka-angka global tersebut tidak akan turun dalam waktu dekat --sebuah peringatan untuk tetap waspada, meski beberapa negara sudah mulai melakukan program vaksinasinya.
"Sangat sulit untuk memproyeksikan dalam tingkat resolusi yang baik berapa banyak orang yang akan mati dari ini, bahkan dalam 6 bulan hingga satu tahun," kata Gregg Gonsalves, seorang ahli epidemiologi di Yale School of Public Health seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (16/1/2021).
Peluncuran vaksin di sejumlah negara, kata Gonsalves, dinilai masih belum signifikan dalam menekan laju kasus global.
Ia menganalogikan bahwa dunia bak "hanya memiliki se-ember air untuk memadamkan kebakaran hutan."
"Kita belum baik-baik saja," jelasnya.
COVID-19 telah membunuh lebih banyak orang daripada malaria dan tuberkulosis yang dikombinasikan dalam setahun terakhir, dan mendekati yang terlihat dari AIDS, yang memuncak pada 2,3 juta pada tahun 2005.
Simak video pilihan berikut:
Proyeksi 3 Juta Kematian pada Akhir 2021
Institute for Health Metrics and Evaluation telah melacak dan memodelkan wabah COVID-19 untuk 2021.
Lembaga itu memproyeksikan bahwa dunia tidak akan mencapai sekitar 3 juta kematian pada akhir 2021, yang berarti bahwa kurang dari 1 juta orang akan meninggal akibat virus corona tahun ini. Analisis terbaru grup ini memproyeksikan 2,89 juta kematian di seluruh dunia pada akhir tahun.
Angka itu memicu pentingnya untuk tetap waspada, meski program vaksinasi telah berjalan.
Program vaksinasi bukan berarti orang-orang akan terbebas dari memakai masker, menurut penanggungjawab Institute for Health Metrics and Evaluation Ali Mokdad, yang juga merupakan profesor kesehatan global di University of Washington.
"Orang-orang perlu mengenakan masker sampai 75% dari populasi diimunisasi," ia menambahkan.
Sementara itu, kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan pada 11 Januari 2021 mengatakan, "ketika vaksin mulai melindungi yang paling rentan, kita tidak akan mencapai tingkat kekebalan populasi atau kekebalan kawanan pada tahun 2021."
Advertisement