Liputan6.com, Dubai - Uni Emirat Arab (UEA) memberikan Emergency Use Authorization (EUA) kepada vaksin COVID-19 buatan Rusia: Sputnik V. Ini adalah vaksin ketiga yang mendapat izin di UEA.
Berdasarkan laporan Arab News, Kamis (21/1/2021), UEA ikut melakukan uji klinis tahap ketiga. Vaksin itu dikembangkan oleh institut Gamaleye dan Kementerian Kesehatan Rusia.
UEA sudah mulai melakukan vaksinasi. Sebelumnya, UEA telah menyetujui vaksin Pfizer buatan Amerika Serikat-Jerman dan Sinopharm buatan China.
Advertisement
Dengan ini, UEA memiliki vaksin dari Amerika-Eropa, China, dan Rusia.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, ada 263 ribu kasus COVID-19 di UEA. Korban meninggal tercatat sejumlah 762 orang.
Sementara, Kementerian Luar Negeri mencatat ada total 102 WNI yang tertular COVID-19 di UEA. Sebanyak 80 orang sudah sembuh dan 5 meninggal.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Menkes Budi Sadikin Siap Pesan 300 Juta Dosis Vaksin COVID-19 Tambahan
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin siap memesan 300 juta dosis vaksin COVID-19 tambahan. Hal itu dilakukan untuk menunjang kegiatan vaksinasi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurut perhitungannya, pemerintah memang perlu mempersiapkan dosis vaksin lebih banyak 150 persen dari kebutuhan awal.Â
"Sampai sekarang kondisinya kita punya secure komitmen delivery sekitar 300 juta vaksin dan memiliki opsi delivery produksi firm, tapi delivery-nya masih opsi sekitar 300 juta vaksin. Jadi, sudah memiliki coverage 600 juta vaksin, atau sekitar 150 persen dari target kita," terangnya secara virtual, Kamis (21/1/2021).
Budi Gunadi menyampaikan, pemerintah bakal mempersiapkan empat jenis vaksin, yakni Sinovac dari China, Astrazeneca dari Inggris, Pfizer dari Jerman, dan Novavax dari Amerika Serikat (AS).
"Jadi empat yuridiksi secara geopolitik kita bisa lebih nyaman narasi dan empat sumber berbeda dengan teknologi vaksin yang juga berbeda-beda," ungkapnya.
Secara tahapan, program vaksinasi COVID-19 akan melalui 3 fase. Pertama pengadaan vaksin, kedua logistik vaksin, dan terakhir mengenai penyuntikan vaksin.
Adapun pengadaan vaksin ini akan dilakukan pada 188 juta masyarakat Indonesia yang secara umur diprioritaskan untuk 18 tahun ke atas.
"Vaksin untuk selesaikan pandemi ini bukan cara satu-satunya. Kita tetap harus perkuat public health system kita dan mengubah perilaku di setiap tata cara bisnis proses. Sebab, bisnis sesudah pandemi akan sangat berbeda dengan bisnis kita sebelum pandemi," ucapnya.
Advertisement