Sukses

Peneliti: 28 Triliun Metrik Ton Es Bumi Mencair Sejak Pertengahan 1990-an

Mencairnya es Bbumi bagian utara menambah cukup air ke laut selama periode waktu tiga dekade.

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian terbaru menunjukkan, es di Bumi mencair lebih cepat daripada pada pertengahan 1990-an. Hal ini disebutkan ahli lantaran perubahan iklim mendorong suhu global yang semakin tinggi.

Secara keseluruhan, diperkirakan 28 triliun metrik ton es mencair sejak pertengahan 1990-an, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (26/1/2021).

Setiap tahun, tingkat cairnya es Bumi bagian utara sekitar 57 persen lebih cepat daripada tiga dekade lalu, para ilmuwan melaporkan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Senin, 25 Januari 2021 di jurnal The Cryosphere.

"Sungguh mengejutkan melihat peningkatan besar hanya dalam 30 tahun," kata rekan penulis Thomas Slater, ahli glasiologi di Universitas Leeds di Inggris.

Mencairnya es, menambah cukup air ke laut selama periode waktu tiga dekade. Dimana, rata-rata kenaikan permukaan laut global sebesar 3,5 cm.

Sementara itu, suhu atmosfer global telah meningkat sekitar 1,1 derajat Celcius sejak masa pra-industri.

Tetapi di Kutub Utara, tingkat pemanasan telah lebih dari dua kali lipat rata-rata global dalam 30 tahun terakhir.

Menggunakan data satelit dari tahun 1994 hingga 2017, pengukuran lokasi dan beberapa simulasi komputer, tim ilmuwan Inggris menghitung bahwa dunia kehilangan rata-rata 0,8 triliun metrik ton es Bumi per tahun pada 1990-an, lalu meningkat sekitar 1,2 triliun metrik ton per tahun belakangan ini.

 

Simak video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Perubahan Dirasakan oleh Manusia

Menghitung bahkan memperkiraan total kehilangan es dari gletser dunia, lapisan es, dan laut kutub adalah "pendekatan yang sangat menarik, dan yang sebenarnya sangat dibutuhkan," kata ahli geologi Gabriel Wolken dari Alaska Division of Geological and Geophysical Surveys.

Wolken adalah penulis bersama Kartu Laporan Arktik 2020 yang dirilis pada bulan Desember, tetapi tidak terlibat dengan studi baru tersebut.

Di Alaska, orang-orang "sangat menyadari" hilangnya es glasial, kata Wolken.

Anda bisa melihat perubahannya dengan mata manusia.