Sukses

30-1-1972: 13 Demonstran Pembela Hak-Hak Sipil di Irlandia Utara Tewas Ditembak

Para pengunjuk rasa yang semua umat Katolik membentuk formasi untuk memprotes kebijakan penahanan Inggris terhadap tersangka nasionalis Irlandia.

Liputan6.com, Londonderry - Pada 30 Januari 1972 di Londonderry, Irlandia Utara, 13 demonstran hak-hak sipil tak bersenjata ditembak mati oleh pasukan terjun payung Angkatan Darat Inggris dalam peristiwa yang kemudian dikenal sebagai "Minggu Berdarah".

Para pengunjuk rasa, semua umat Katolik Utara, berbaris untuk memprotes kebijakan penahanan Inggris terhadap tersangka nasionalis Irlandia.

Pihak berwenang Inggris telah memerintahkan bahwa demonstrasi dilarang, dan telah mengirim pasukan untuk menghadapi para demonstran ketika demonstrasi itu dilanjutkan, demikian dikutip dari laman History, Sabtu (30/1/2021).

Namun karena tetap dilaksanakan, tentara menembak tanpa pandang bulu ke kerumunan pengunjuk rasa sehingga menewaskan 13 orang dan melukai 17 lainnya.

Pembunuhan itu menarik perhatian dunia pada krisis di Irlandia Utara dan memicu protes di seluruh Irlandia.

Akibat dari protes ini, di Dublin, ibu kota Irlandia merdeka, warga Irlandia yang marah menyalakan api di kedutaan Inggris pada tanggal 2 Februari yang lalu.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Awal Mula

Krisis di Irlandia Utara mulai meningkat pada tahun 1969 ketika pasukan Inggris dikirim ke tangan Inggris untuk menekan aktivitas nasionalis oleh Irish Republican Army (IRA) dan untuk memadamkan kekerasan agama antara Protestan dan Katolik.

Lalu pada bulan April 1972, pemerintah Inggris mengeluarkan laporan yang isinya adalah membebaskan pasukan Inggris dari tindakan ilegal selama protes Londonderry.

Kemarahan Irlandia atas kebijakan Irlandia Utara di Inggris tumbuh, dan Inggris meningkatkan pasukan militernya di Utara sambil menghilangkan sisa-sisa pemerintahan di Utara.

Pada 21 Juli 1972, IRA meledakkan 20 bom secara bersamaan di Belfast, menewaskan personel militer Inggris dan sejumlah warga sipil.

Inggris menanggapi periwtiwa tersebut dengan membuat sistem pengadilan baru yang terdiri dari persidangan tanpa juri untuk tersangka terorisme dan tingkat keyakinan mencapai lebih dari 90 persen.

Kemudian pada September 2005 IRA secara resmi dilucuti, dan akhirnya telah memenuhi persyaratan perjanjian damai Jumat Agung 1998

IRA secara resmi dilucuti pada bulan September 2005, akhirnya memenuhi persyaratan perjanjian damai Jumat Agung 1998 yang bersejarah.

Dengan perlucutan senjata diharapkan akan mengakhiri beberapa dekade pertumpahan darah bermotif politik di wilayah tersebut.

 

Reporter: Veronica Gita

 

3 dari 3 halaman

Infografis Negara Dengan Senjata Nuklir Terbesar