Sukses

Rencanakan Bom di Paris, Diplomat Iran Divonis Pengadilan Belgia 20 Tahun Penjara

Assadollah Assadi (49) kala itu ditugaskan untuk misi Iran di Austria ketika dia memasok bahan peledak untuk serangan yang direncanakan.

Liputan6.com, Paris - Pengadilan Belgia menghukum seorang diplomat Iran lantaran merencanakan pemboman pada 2018. Upaya pemboman itu berhasil digagalkan dari sebuah rapat umum oposisi di luar Paris, Prancis.

Dikutip dari laman france24, Jumat (5/2/2021) dari hasil keputusan pengadilan, diplomat itu dipenjara selama 20 tahun.

Assadollah Assadi (49) kala itu ditugaskan untuk misi Iran di Austria ketika dia memasok bahan peledak untuk serangan yang direncanakan.

Setelah serangan itu digagalkan, dia ditangkap di Jerman pada Juli 2018, di mana dia dianggap tidak dapat menggunakan 'kekebalan' diplomatiknya. Tiga kaki tangannya dijatuhi hukuman penjara antara 15 dan 18 tahun dan dicabut kewarganegaraan Belgia-nya.

Pertemuan 30 Juni 2018 di Villepinte, dekat Paris, melibatkan para pemimpin senior Dewan Perlawanan Nasional di Iran (NCRI) yang diasingkan dan beberapa pendukung terkenal termasuk pengacara mantan presiden AS Donald Trump Rudy Giuliani.

Kasus ini menyoroti operasi internasional Teheran, serta berharap kedatangan Presiden AS yang baru Joe Biden akan menandai pelonggaran sanksi. Assadi diadili di Antwerp bersama dengan tiga terdakwa lainnya yang juga ditangkap setelah polisi menggagalkan rencana tersebut.

Diplomat itu didakwa dengan "percobaan pembunuhan yang bersifat teroris" dan "mengambil bagian dalam aktivitas kelompok teroris".

Pasangan Belgia-Iran Nasimeh Naami (36) dan Amir Saadouni, (40) menerima setengah kilo bahan peledak TATP dan detonator dari Assadi. Naami dihukuman 18 tahun dan Saadouni 15 tahun.

Penyair Iran yang berbasis di Belgia, Mehrdad Arefani, adalah kaki tangan Assadi yang akan membimbing pasangan itu di rapat umum. Dia dipenjara selama 17 tahun.

 

Simak video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Tuduhan pada Intelijen Iran

Petugas Belgia menghentikan mobil pasangan yang membawa bom pada hari kejadian, mencegah apa yang menurut pengacara NCRI akan menjadi "pertumpahan darah".

Belakangan, pemerintah Prancis menuduh dinas intelijen Iran berada di balik operasi itu, tuduhan yang dibantah keras oleh Republik Islam.

Kasus tersebut memicu ketegangan antara kekuatan Eropa dan Teheran, dan digunakan oleh pendukung NCRI untuk mengajukan kasus mereka terhadap rezim Iran.

NCRI adalah sayap politik Mujahidin-e-Khalq (MEK), yang dikenal sebagai Organisasi Mujahidin Rakyat Iran (PMOI).

MEK mendukung Ayatollah Ruhollah Khomeini dalam revolusi 1979 yang menggulingkan Syah Mohammad Reza Pahlavi, tetapi dengan cepat berselisih dengan otoritas baru.

Kelompok itu memihak Irak di bawah Saddam Hussein dalam perang Iran-Irak 1980-1988 dan ribuan anggotanya dieksekusi dalam tindakan keras kejam di Iran.

Sekarang mereka melakukan kampanye melawan Republik Islam Iran di pengasingan dan menganggap dirinya sebagai kelompok oposisi paling signifikan di luar negeri.