Sukses

Presiden Prancis Emmanuel Macron Malu dengan Keberhasilan Diplomatik Vaksin COVID-19 China

Emmanuel Macron mengakui bahwa "keberhasilan diplomatik" China dalam mendistribusikan vaksin ke negara lain dapat dilihat sebagai aksi memalukan bagi pemimpin barat.

Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan tentang kurangnya informasi mengenai vaksin Virus Corona COVID-19 buatan China. Apa yang disampaikan Emmanuel Macron mengarah kecurigaan tentang pengembangan varian yang dinilai tidak efektif.

Macron mengakui bahwa "keberhasilan diplomatik" China dalam mendistribusikan vaksin ke negara lain dapat dilihat sebagai "aksi memalukan bagi kami (pemimpin Barat)," seperti dikutip dari laman SCMP, Jumat (5/2/2021).

Namun dia memperingatkan kemanjuran vaksin dari Sinopharma atau Sinovac tidak diketahui karena "sama sekali tidak ada informasi" yang dibagikan tentang uji coba pengembangan.

"Artinya, dalam jangka menengah-panjang hampir bisa dipastikan jika vaksin ini tidak tepat dan akan memudahkan munculnya varian baru, sama sekali tidak akan memperbaiki keadaan negara-negara tersebut," ujarnya.

Komentarnya datang sehari setelah Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga mendesak Rusia dan China untuk "menunjukkan semua data" jika mereka ingin vaksin mereka disetujui di Uni Eropa.

Macron juga meragukan vaksin yang diproduksi kelompok Inggris-Swedia AztraZeneca, dengan mengatakan itu tampaknya tidak efektif untuk orang berusia di atas 65 tahun. Meskipun regulator Eropa menyetujuinya untuk penggunaan bagi orang dewasa, bahkan segala usia.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Nasib Sanofi, Perusahaan Obat Prancis

Ada kekecewaan di Prancis setelah grup farmasi terkemuka Sanofi dan pusat penelitian terkemuka Institut Pasteur mengalami kemunduran dalam upaya mereka mengembangkan vaksin.

Perburuan vaksin untuk COVID-19 telah membuat negara-negara bersaing guna merancang dan mendistribusikan vaksin ke negara lain sebagai cara untuk meningkatkan pengaruh diplomatik dan ekonomi, serta prestise mereka.

Hungaria dan Serbia akan menggunakan vaksin Sinopharm di Eropa, sementara Beijing juga menyumbang atau menjual ke negara-negara di seluruh dunia dari Pakistan hingga Turki, Uni Emirat Arab, dan negara-negara Afrika Barat.

Berbicara untuk mendukung pendekatan multilateral yang dipimpin Barat, Macron mengatakan dia percaya bahwa "dalam jangka panjang kita bisa lebih efisien".

Pemimpin Prancis itu juga mendesak aliansi militer NATO yang dipimpin AS, yang secara historis berfokus pada pertahanan melawan Rusia, untuk membahas "bagaimana menangani masalah-masalah baru Pasifik."