Sukses

Emmanuel Macron: Dunia Butuh Rusia dan China Hadapi COVID-19

Presiden Prancis juga menyerukan upaya internasional untuk memastikan akses yang sama terhadap vaksin melawan COVID-19, terutama di Afrika.

Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu, 14 Februari 2021 mengatakan bahwa vaksin China dan Rusia diperlukan bagi dunia untuk memenangkan "perang" melawan COVID-19.

"Kami harus bekerja sama dengan China dan Rusia sehingga vaksin yang dikembangkan oleh para ilmuwan mereka terintegrasi dalam upaya multilateral yang besar ini," ujar Emmanuel Macron dalam sebuah wawancara dengan Le Journal du Dimanche.

"Kami sekarang terlibat dalam perang melawan varian, yang benar-benar berpacu dengan waktu," kata Macron, mendesak upaya global yang cepat, efektif dan tetap bersatu dalam memerangi pandemi, demikian dikutip dari laman Xinhua, Selasa (16/2/20210).

Presiden Prancis juga menyerukan upaya internasional untuk memastikan akses yang sama terhadap vaksin melawan COVID-19, terutama di Afrika.

Awal bulan ini, Emmanuel Macron menyatakan keterbukaan negaranya terhadap vaksin yang disetujui oleh European Medicines Agency, yang selama ini hanya memberikan lampu hijau untuk vaksin Pfizer, BioNTech, Moderna dan AstraZeneca.

Kekurangan vaksin yang disetujui di Eropa telah menuai kritik publik dan mendorong tuntutan untuk solusi alternatif.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Prancis Tutup Perbatasan bagi Negara Non-Uni Eropa Akibat Varian Baru Covid-19

Beberapa waktu lalu, Prancis telah menutup perbatasannya untuk mayoritas negara non-Uni Eropa akibat situasi pandemi dan kekhawatiran akibat penyebaran varian baru Covid-19.

Selain "alasan luar biasa", semua perjalanan penting dari luar Uni Eropa telah dilarang. Sementara itu, persyaratan tes Covid-19 bagi pelancong dari negara UE juga telah diperketat.

PM Jean Castex mengatakan bahwa jam malam di Prancis juga akan lebih diperketat dan pusat perbelanjaan besar akan ditutup --berdampak pada sekitar 400 mal dan 25.000 bisnis.

Tetapi, langkah-langkah itu dipandang ringan demi meminimalisir kerugian ekonomi. Beberapa dokter takut bahwa kebijakan tersebut tidak akan mengekang infeksi.