Liputan6.com, Illinois - Para ilmuwan di Northwestern University di Illinois, Amerika Serikat, telah melakukan sebuah penemuan bahwa orang dalam keadaan tidur dan bermimpi mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan dunia nyata dengan melakukan instruksi sederhana seperti menjawab pertanyaan ya dan tidak, sampai menyelesaikan pertanyaan matematika dasar.
Dikutip dari Mashable SE Asia, Minggu (21/2/21), para ilmuwan menyebut fenomena itu "mimpi interaktif", dan dapat terjadi selama fase yang dikenal sebagai tidur Rapid Eye Movement (REM), kondisi dimana seseorang sedang bermimpi saat tidur -- sebuah kondisi yang masih dipelajari oleh para ilmuwan.
Baca Juga
Peneliti di Northwestern University bekerja dengan 36 individu di empat laboratorium yang berbeda untuk melakukan eksperimen tidur berdasarkan teori mereka.
Advertisement
Penelitian ini memiliki beberapa peserta yang mempunyai kondisi tidur yang berbeda dengan narkolepsi atau gagguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebihan pada siang hari dan jatuh tidur secara tiba-tiba.
Ken Paller, seorang psikolog dari Northwestern University mengatakan bahwa mereka dapat menunjukkan bahwa orang yang bermimpi saat tidur dapat memahami pertanyaan terkait memori dan dapat menghasilkan jawaban. "Kami juga menunjukkan bahwa pemimpi mampu memahami pertanyaan, terlibat dalam operasi memori kerja, dan menghasilkan jawaban."
"Kebanyakan orang mungkin memperkirakan bahwa ini tidak akan mungkin - bahwa orang akan terbangun ketika ditanya pertanyaan atau gagal menjawab, dan tentu saja tidak memahami pertanyaan tanpa salah menafsirkannya," jelas Paller.
Sama Seperti Berkomunikasi dengan Astronot di Luar Angkasa
Peseta dari eksperimen ini dipauntau oleh elektroensefalogram (EEG) sebuah alat untuk merekam aktivitas listrik dari otak lalu diberi berbagai rangsangan saat mereka tidur seperti Isyarat vokal, lampu berkedip, dan kontak fisik.
Para peserta yang tertidur kemudian diminta untuk menanggapi tugas dan pertanyaan sederhana seperti soal matematika dasar, menghitung jumlah kedipan cahaya yang mereka lihat, menjawab pertanyaan ya atau tidak yang sederhana, dan menanggapi sentuhan.
Peserta menanggapi pertanyaan dan tugas ini dengan menggerakan mata atau otot wajah yang sebelumnya telah ditentukan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setidaknya ada satu tanggapan yang benar untuk pertanyaan sebesar 47% dari 57 sesi tes di mana peserta telah mengonfirmasi bahwa mereka memang sedang dalam keadaan bermimpi.
Bagi peserta yang memberi tanggapan benar, mereka dibangunkan untuk melaporkan mimpi mereka. Beberapa peserta mengatakan bahwa mereka ingat menerima rangsangan seolah-olah datang dari luar mimpi.
Hasil eksperimen ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Current Biology. Para peneliti menyamakan hal tersebut dengan mencoba berkomunikasi dengan astronot di luar angkasa, dan menemukan tanggapan yang sangat menarik.
Selain menjelaskan apa yang terjadi selama tidur dalam kondisi REM, penelitian ini berpotensi bermanfaat dalam sejumlah cara lain seperti melatih individu untuk menggunakan mimpi sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup tertentu.
Dalam kasus lain, teknik ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengobati masalah kesehatan mental tertentu seperti jika seseorang kehilangan ingatan atau bahkan beberapa gangguan tidur.
Â
Reporter : Paquita Gadin
Advertisement