Sukses

New York AS Temukan Mutasi Baru COVID-19, Berpotensi Melemahkan Vaksin?

Mutasi Virus Corona COVID-19 baru telah terdeteksi di Kota New York dan California, AS.

Liputan6.com, New York- Sejumlah ahli di Amerika Serikat (AS)  menemukan varian baru Virus Corona COVID-19 yang bermutasi di Kota New York dan California.

Temuan dari dua tim peneliti Caltech dan Columbia University mengungkapkan bahwa mutasi baru Virus Corona ini dapat melemahkan efektivitas vaksin dan menyebar dengan cepat di Kota New York.

Pada November 2020, varian baru COVID-19 yang disebut sebagai B.1.526 itu pertama kali ditemukan dalam sampel pasien di Kota New York.

"Ini bukan berita yang menggembirakan. Tapi dengan mengetahui keberadaannya itu merupakan langkah bagus karena dengan begitu kita mungkin kita bisa melakukan sesuatu untuk (mencegah lebih lanjut)," kata Dr. Michel Nussenzweig, ahli imunologi di Universitas Rockefeller yang ikut terlibat dalam penelitian baru itu, seperti dilansir New York Times, Kamis (25/2/2021).

Secara terpisah, dikutip dari laman CNN, disebutkan bahwa varian B.1.427 and B.1.429 yang ditemukan di California, tidak hanya lebih menular tetapi juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Namun, Nussenzweig mengatakan ia lebih menkhawatirkan varian yang ditemukan di New York dari pada yang menyebar dengan cepat di California.

Sementara itu, varian baru lain yang menular, yang ditemukan di Inggris, kini menyebabkan sekitar 2.000 kasus infeksi di 45 negara bagian AS.

Kasus itu pun diperkirakan akan menjadi infeksi COVID-19 yang paling banyak di AS pada akhir Maret 2021.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Rata-rata Usia Pasien Varian Baru COVID-19 di New York

Para peneliti Caltech menemukan peningkatan B.1.526 dengan memindai mutasi pada ratusan ribu urutan genetik virus dalam database yang disebut GISAID.

"Ada pola yang berulang, dan sekelompok isolat terkonsentrasi di wilayah New York yang belum pernah saya lihat," ungkap Anthony West, ahli biologi komputasi di Caltech.

Pasien yang terinfeksi COVID-19 yang terkena mutasi tersebut rata-rata berusia sekitar enam tahun lebih ke atas dan lebih mungkin di rawat di rumah sakit.

Sebagian besar pasien itu juga ditemukan di lingkungan yang dekat dengan rumah sakit. 

Kini, para ilmuan AS telah memberi tahu pihak berwenang Negara Bagian New York dan di kota New York, serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, kata Dr. Ho.Dr David Ho, direktur Aaron Diamond AIDS Research Center.

"Varian yang memiliki keunggulan akan meningkat frekuensinya cukup cepat, terutama ketika jumlahnya menurun," terang Andrew Read, seorang ahli mikrobiologi evolusioner di Penn State University.

3 dari 3 halaman

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja