Liputan6.com, Khartoum - Pada 1 Maret 1973, sekelompok pria bersenjata dari kelompok teroris Palestina Black September menyerbu kedutaan Arab Saudi di ibukota Sudan, Khartoum, menyandera sejumlah diplomat.
Penyerbuan dilakukan ketika sebuah pesta diadakan di sana untuk wakil duta besar AS, George Curtis Moore. Acara itu dihadiri oleh sejumlah diplomat asing beserta keluarga dan kolega mereka.
Advertisement
Baca Juga
Bersama dengan Moore, mereka yang disandera termasuk duta besar Saudi, Sheikh Abdullah al Malhouk beserta istri, duta besar AS untuk Sudan, Cleo Noel Jr, charge d'affaires Belgia (PLT Dubes), Guy Eid, dan rekannya dari Yordania, Adli al Nasser.
Laporan mengatakan delapan pria bersenjata bertudung kepala memasuki gedung, menembakkan senjata, dan kemudian mengikat para sandera.
Noel dan Moore terluka parah menyusul serbuan itu. Sheikh Malhouk, yang empat anaknya berada di kedutaan, mengatakan bahwa kedua pria itu sangat membutuhkan dokter --terutama Moore yang "bahkan lebih terluka parah".
Diplomat Jepang dibebaskan tanpa terluka. Rekan sang dubes Jepang dari Hongaria, bersama duta besar Soviet dan Yugoslavia berhasil melarikan diri tanpa cedera.
Simak video pilihan berikut:
Tuntutan Para Penyandera
Pria bersenjata itu telah menuntut pembebasan militan Palestina yang ditahan oleh Israel, dan Sirhan Sirhan --yang ditahan di penjara AS-- yang membunuh Senator Robert Kennedy.
Juga, mereka ingin pembebasan anggota geng Bader-Meinhoff Jerman Barat, yang mendukung Tujuan Palestina (yang menginginkan negara merdeka), dan 90 militan Arab dan perwira militer yang ditahan di Yordania.
Jika tuntuan mereka tidak dipenuhi dalam tenggat waktu 24 jam, para sandera akan dibunuh, kata pria bersenjata itu.
Pada Olimpiade Munich 1972, anggota Black September menyandera sembilan atlet Israel. Drama penyanderaan berakhir dengan tewasnya para sandera bersama dengan lima evakuator dan seorang polisi Jerman dalam pertempuran senjata.
Dan pada Desember 1972, empat anggota kelompok Black September menduduki kedutaan Israel di ibukota Thailand Bangkok.
Enam warga Israel dan dua sandera Thailand dibebaskan tanpa terluka.
Advertisement
Tidak Ada Penjagaan Polisi
Pasukan Sudan dan mobil lapis baja telah ditempatkan dekat dengan kedutaan, dan pemerintah telah dalam pembicaraan darurat tentang bagaimana cara terbaik untuk menangani krisis.
Parahnya, diketahui kemudian bahwa tidak ada penjaga polisi yang bertugas di sekitar kedutaan ketika resepsi untuk Moore - yang akan meninggalkan Khartoum untuk pos lain di AS - sedang berlangsung.
Laporan menunjukkan mereka sibuk berurusan dengan perayaan persatuan nasional Sudan.
Mereka menandai peringatan pertama kesepakatan yang berakhir tujuh tahun perang saudara antara Pemerintah Pusat Khartoum dan pemberontak di selatan.
Dubes AS di Antara 3 Korban Jiwa
Keesokan harinya, permintaan pria bersenjata untuk pesawat guna membawa mereka dan para sandera ke AS ditolak oleh otoritas Amerika dan Sudan.
Dua belas jam kemudian, Cleo Noel Jr, 54, George Curtis Moore, 47, dan Guy Eid, 38, dibunuh.
Pria bersenjata itu menyebut ketiga orang itu sebagai musuh Tujuan Palestina, menurut Sheikh Malhouk.
Dalam dua hari, laporan mengatakan pria bersenjata itu telah siap untuk membunuh diri sendiri dan sisa sandera jika pasukan Sudan memasuki kedutaan dalam operasi penyelamatan.
Pada saat itu, Departemen Luar Negeri AS mencurigai Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Fatah - keduanya dipimpin oleh Yasser Arafat - terlibat dalam perencanaan dan mengarahkan pengepungan.
Salah satu pejabat AS percaya Arafat mencoba untuk tidak mengakui operasi dengan menawarkan untuk campur tangan guna mengakhiri penyanderaan.
Pemerintah Sudan menolak untuk berkompromi dengan Black September dan 60 jam setelah pengepungan dimulai para sandera dibebaskan dan delapan pria bersenjata itu menyerah.
Pada Juni 1974, pengadilan di Sudan menghukum mereka seumur hidup di penjara - AS telah menyerukan hukuman mati - tetapi mereka hanya dihukum tujuh tahun.
Mereka kemudian dikirim ke Kairo.
Tiga dari mereka menghilang dan sisanya menjalani hukuman mereka di penjara Mesir.
Advertisement