Liputan6.com, Jawa - Setelah lebih dari satu bulan pertempuran berdarah untuk mempertahankan Jawa dari serbuan pasukan Jepang, Panglima Tentara Hindia Timur Belanda (Royal Netherlands East Indies Army), Ter Poorten, resmi menyerah kepada Negeri Matahari Terbit 09.00 pagi, 8 Maret 1942.
Pengibaran bendera putih itu juga secara efektif mentransfer kekuasaan kolonial Belanda --yang telah bercokol hampir 3 abad-- di Jawa kepada imperialis Jepang.
Pada pukul 23:00, stasiun radio Belanda NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij) menyiarkan berita terakhir dari pemancar sementara di Ciumbuluit. Penyiar Bert Garthoff mengakhiri siaran dengan kata-kata "Wij sluiten nu. Vaarwel tot betere tijden. Leve de Koningin!" (Kami tutup sekarang. Selamat tinggal sampai saat-saat yang lebih baik. Panjang umur Ratu!)
Advertisement
Gubernur Belanda, Jonkheer Dr. A.W.L. Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer dan Letnan Jenderal Ter Poorten, bersama mayor jenderal Jacob J. Pesman, komandan Distrik Bandoeng, bertemu Panglima Tertinggi Jepang, Letnan Jenderal Hitoshi Imamura di Kalijati sore itu dan menyetujui kapitulasi semua pasukan.
Baca Juga
Dikutip dari History, Senin (8/3/2021), Belanda telah berada di Jawa sejak 1596, mendirikan Perusahaan Hindia Timur Belanda atau VOC, sebuah perusahaan perdagangan dengan kantor pusat di Batavia (Jakarta modern), yang dipimpin Belanda pada tahun 1619.
Perusahaan Hindia Timur Belanda mulai menegaskan kontrol yang lebih besar dan lebih besar atas kerajaan-kerajaan Muslim di Hindia Timur, mengubahnya menjadi negara-negara bawahan, dengan petani menanam beras, gula, lada, dan kopi untuk Negeri Kincir Angin.
Perusahaan dibubarkan pada tahun 1799 karena utang dan korupsi, dan pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Timur secara langsung.
Inggris sempat menggeser kolonialisme Belanda di Jawa untuk periode singkat (1811-1816), tetapi Belanda kembali berkuasa, perlahan-lahan memberi penduduk asli Jawa kontrol lokal, bahkan memberi mereka mayoritas di Dewan Rakyat.
Tetapi pada 11 Januari 1942, Jepang --yang mengobarkan perang Pasifik, bagian dari Perang Dunia II-- menyatakan perang terhadap pemerintah Kerajaan Belanda (bagian dari Sekutu) dengan invasinya ke Kalimantan dan Pulau Celebes, tanggal yang juga menandai awal berakhirnya kehadiran Belanda di Hindia Timur.
Sumatera adalah tempat pendudukan Jepang berikutnya, dengan pasukan terjun payung dan infanteri mendarat dari transportasi pada 14-16 Februari.
Tujuh ribu pasukan Inggris dan Australia memperkuat pesawat tempur Belanda di Jawa, tetapi Sekutu menarik diri dari pertarungan pada akhir Februari menjelang dua pasukan invasi Jepang yang lebih besar yang tiba pada 1 Maret.
Belanda akhirnya mengakhiri semua perlawanan terhadap pasukan Jepang yang unggul pada 8 Maret, menyerahkan Jawa sepenuhnya kepada militer Nippon.
Simak video pilihan berikut:
Jawa Dipimpin Gubernur Militer Jepang
Pada 10 Maret, Letnan Jenderal Hitoshi Imamura menjadi gubernur baru Jawa dan Madura, sehingga menjadi otoritas tertinggi di Hindia Belanda yang diduduki. Dia menduduki posisi ini selama sekitar delapan bulan, hingga 11 November 1942.
Pada 12 Maret, komandan senior Inggris, Australia, dan AS dipanggil ke Bandung di mana instrumen resmi penyerahan ditandatangani di hadapan komandan Jepang di daerah Bandung, Letnan Jenderal Masao Maruyama, yang menjanjikan mereka hak-hak Konvensi Jenewa untuk perlindungan tahanan perang.
Segera setelah ini, pasukan Jepang yang tersebar luas direorganisasi. Angkatan Darat ke-16 (Divisi 2 dan Divisi 48) diperintahkan untuk menjaga Jawa, sementara wilayah timur (kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Ambon dan Papua) menjadi tanggung jawab Angkatan Laut Kekaisaran. Unit-unit lain dikerahkan ke daerah tempur lain di Pasifik atau kembali ke Jepang.
Penyerahan diri Belanda menandai berakhirnya pertahanan ABDA (American-British-Dutch-Australian Command, komando militer Sekutu untuk wilayah Asia Tenggara) di Hindia Belanda dan runtuhnya "Penghalang Melayu" (atau "Penghalang Hindia Timur"). Karena angkatan laut Sekutu telah dihancurkan dan fakta bahwa Jepang telah menguasai Jawa, upaya untuk menguasai Samudra Hindia dan menginvasi Australia --yang berdekatan-- semakin terbuka untuk Angkatan Laut Imperialis Jepang.
Advertisement