Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan dan Amerika Serikat akan melakukan latihan militer musim semi pekan ini, tetapi latihan bersama akan lebih kecil dari biasanya karena pandemi COVID-19, kata Seoul pada Minggu 7 Maret 2021.
Sekutu itu akan memulai "latihan pos komando lewat simulasi komputer" selama sembilan hari pada Senin 8 Maret, kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, sebagaimana diwartakan Reuters, dikutip dari Antara, Senin (8/3/2021).
Korea Selatan dan Amerika Serikat memutuskan untuk melanjutkan latihan setelah "secara komprehensif mempertimbangkan situasi COVID-19, pemeliharaan postur kesiapan tempur, denuklirisasi Semenanjung Korea dan pembentukan perdamaian," kata JCS, yang mencatat bahwa latihan ini bersifat "defensif".
Advertisement
Latihan tersebut tidak termasuk manuver luar ruangan, yang telah dilakukan sepanjang tahun, dan jumlah pasukan serta peralatan akan diminimalkan akibat pandemi, kantor berita Yonhap melaporkan.
Baca Juga
Latihan ini juga memberikan kesempatan untuk menilai kesiapan Korea Selatan untuk mengambil alih kendali operasional masa perang (OPCON), dan serangkaian latihan skala kecil dapat mempersulit upaya Presiden Moon Jae-in untuk menyelesaikan alih kendali itu sebelum masa jabatannya berakhir pada 2022.
Bahkan sebelum pandemi, latihan telah dikurangi untuk memfasilitasi negosiasi AS yang bertujuan membongkar program nuklir Pyongyang.
Latihan gabungan tersebut dipantau secara ketat oleh Korea Utara yang menyebutnya sebagai "persiapan untuk perang".
Sementara Pyongyang terkadang menanggapi latihan semacam itu dengan unjuk kekuatan militernya sendiri, saat ini mungkin tidak melakukannya, kata Chad O'Carroll, Dirut Grup Risiko Korea, yang memantau Korea Utara.
"Saya pikir ada terlalu banyak hal pada agenda domestik yang salah yang berisiko dari setiap eskalasi signifikan strategi saling membalas," katanya di Twitter. "Dan inilah sebuah pemerintahan yang cenderung memfokuskan sebagian besar sumber dayanya untuk menangani satu masalah utama pada satu waktu."
Tindakan drastis Korea Utara untuk mencegah wabah COVID-19 telah memperburuk pelanggaran hak asasi manusia dan kesulitan ekonomi, termasuk laporan kelaparan, bagi warganya, yang diperparah sanksi internasional, kata seorang penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Simak video pilihan berikut:
7 Maret: 116 Juta Orang di Dunia Positif COVID-19
Total infeksi Virus Corona COVID-19 di seluruh dunia pada hari Minggu per pukul 11.00 WIB telah mencapai 116.478.918 kasus, dan 65.815.001 di antaranya telah dinyatakan sembuh berdasarkan COVID-19 Dashboard by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University.
Total 2.587.683 orang di dunia tercatat telah meninggal dunia akibat COVID-19, seperti dikutip dari gisanddata.maps.arcgis.com, Minggu (7/3/2021).
Data Johns Hopkins University juga menunjukkan bahwa India berada di posisi teratas untuk pasien pulih yaitu 10.854.128 lalu disusul Brasil sebanyak 9.674.881.
Infeksi di Amerika Serikat, negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbesar di dunia, telah mencapai 28.949.593.
India, Brasil, Rusia dan Inggris tercatat sebagai negara dengan kasus infeksi Virus Corona COVID-19 terbanyak di dunia setelah AS.
India: 11.192.088 kasus.
Brasil: 10.938.836 kasus.
Rusia: 4.263.785 infeksi dan 3.856.400 sembuh.
Inggris: 4.225.906 infeksi dan 11.849 orang pulih.
Advertisement