Liputan6.com, Jakarta - Hari Perempuan Internasional merupakan peringatan di mana warga dunia merayakan sebarapa jauh perempuan telah berkembang dalam masyarakat, politik, dan ekonomi.
Hari Perempuan Internasional berawal dari gerakan buruh yang menjadi acara tahunan yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dikutip dari BBC, Senin (8/3/2021), pada tahun 1908, 15.000 perempuan berbaris di New York City, Amerika Serikat (AS), menuntut jam kerja lebih pendek, gaji yang lebih baik, serta hak untuk memilih saat pemilu.
Advertisement
Setahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional pertama kalinya dalam sejarah.
Pencetus ide untuk membuat hari internasional ini datang dari seorang wanita bernama Clara Zetkin. Ia menyarakan ide tersebut pada 1910 di Konferensi Internasional Pekerja Wanita di Kopenhagen dengan 100 wanita dari 17 negara yang hadir dan menyetejui saran tersebut secara mutlak.
Hari Perempuan internasional pertama kali dirayakan pada 1911 di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video di Bawah Ini:
Bukan Hanya untuk Perempuan
Hari Perempuan Internasional kemudian diresmikan pada 1975 ketika PBB mulai merayakannya. Pada 1966, tema pertama yang diadopsi oleh PBB adalah "Merayakan Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan".
Tema Hari Perempuan Internasional tahun ini adalah "Pilih untuk Menantang" yang mengindikasikan bahwa dengan adanya tantangan, akan ada perubahan.
Di beberapa negara seperti Rusia, Hari Perempuan Internasional merupakan hari libur nasional.
Banyak perempuan diberi cuti setengah hari pada hari ini, walaupun banyak yang diberi gaji setengah hari di China.
Selain Rusia dan China, Italia juga memperingati Hari Perempuan Internasional dengan pemberian mimosa blossom--tradisi yang tidak memiliki asal-usul jelas, tetapi diyakini dimulai di Roma setelah Perang Dunia Kedua.
AS juga memperingati ini dengan membuat Maret sebagai Bulan Sejarah Wanita.
Beberapa tahun ini banyak yang mulai menceritakan dan menantang pelecehan dan kekerasan seksual yang pernah dialami. Pada Oktober 2017, jutaan menggunakan tagar #MeToo di media sosial untuk menyuarakan pengalaman tersebut.
Pada 2018, #MeToo berkembang di skala global dan tersebar di negara-negara, seperti India, Prancis, China, dan Korea Selatan yang ikut menuntut adanya perubahan.
Walaupun hari ini adalah hari di mana perempuan dirayakan, menurut Forbes, kesetaraan gender bukanlah hanya masalah perempuan, tetapi sebuah keharusan sosial dan ekonomi dan penting sekali peran pria dalam hal ini.
Lagipula, tidak akan ada pria tanpa adanya perempuan.
Reporter : Paquita Gadin
Advertisement