Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 cenderung disebut sebagai peristiwa "sekali seumur hidup" tetapi menurut para ahli, pandemi berikutnya tidak sejauh yang kita bayangkan.
Meskipun terdengar menerikan, hal tersebut sangat mungkin terjadi.
Menurut Science Alert, prediksi ini sangat didasarkan pada kenyataan karena frekuensi epidemi besar seperti SARS dan Ebola.
Advertisement
Melansir Sea Mashable, Kamis (11/3/2021), hal ini mungkin terjadi atas faktor sosial dan lingkungan juga berperan, dengan infeksi manusia pertama yang dilaporkan pada akhir Desember 2019 di Wuhan.
Selain itu, jauh sebelum COVID-19 menjadi pandemi rentless saat ini, bahaya SARS-CoV-2 telah diketahui.
Pandemi jenis COVID-19 memang sudah lama diprediksi oleh para ilmuwan dan ahli di bidangnya sehingga sudah lama datangnya.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Apa yang Bisa Dilakukan?
Menurut Nature, para ilmuwan dari Scripps Research di California berpendapat bahwa pemerintah dan sektor swasta perlu mulai berinvestasi sekarang dalam hal penelitian dan pengembangan antibodi penetral - yang efektif melawan berbagai jenis virus.
Penelitian tersebut menekankan bahwa dunia beruntung atas adanya pandemi COVID-19. Hal ini lantaran protein virus membuat rancangan vaksin lebih mudah di masa depan.
Namun, kita mungkin tidak seberuntung itu di lain waktu, itulah sebabnya penting untuk meningkatkan kesiapan pemerintah dan perawatan kesehatan.
"Patogen berikutnya yang muncul mungkin kurang akomodatif," kata para peneliti.
"Sebuah vaksin bisa memakan waktu lebih lama untuk dibuat. Bahkan SARS-CoV-2 bisa menjadi lebih bermasalah untuk vaksin, karena munculnya varian baru."
"Kami akan mengalami wabah di masa depan, dan sangat mungkin melihat epidemi lebih lanjut. Kami harus menghentikan ini menjadi pandemi," tambah para peneliti.
Advertisement