Liputan6.com, London - Warga berbagai penjuru dunia kini mengetahui berbagai isu domestik di Keluarga Kerajaan Inggris (British Royal Family). Beragam hal tersebut terbongkar melalui wawancara Meghan Markle dan Pangeran Harry bersama Oprah Winfrey.
Meghan Markle menikahi Pangeran Harry pada 2018. Pernikahan Meghan-Harry termasuk unik, sebab ia keturunan Afrika-Amerika, seorang aktris Hollywood, dan ia juga sudah pernah menikah sebelumnya.Â
Advertisement
Baca Juga
Tak lama setelah menikah, Meghan-Harry memilih meninggalkan keluarga kerajaan Inggris dan tinggal di Amerika Utara. Harry resmi kehilangan tugas kerajaan pada Februari 2021.
Kisah Meghan-Harry tampak seperti sejarah yang berulang, meski skalanya lebih kecil. Pada Desember 1936, Edward VIII rela meninggalkan jabatan sebagai Raja Inggris dan Kaisar India demi seorang sosialita: Wallis Simpson.Â
Wallis Simpson sudah dua kali menikah sebelum bertemu Edward. Otomatis pernikahan mereka tidak mendapat restu dari Kerajaan Inggris, apalagi Simpson belum resmi cerai dari suami keduanya saat memadu kasih dengan Edward.Â
Tak disangka, Edward berdeklarasi bahwa ia memilih Wallis Simpson, sosok wanita ia sebut "the woman I love."
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Siapa Wallis Simpson?
Menurut Britannica, Wallis Simpson lahir pada 19 Juni 1896 di Pennsylvania, Amerika Serikat. Ia berasal dari keluarga kaya raya.
Pada 1916, ia menikah dengan Earl W. Spencer, seorang pilot angkata laut Amerika Serikat. Perceraian pertama Wallis terjadi pada 1927.
Selanjutnya, ia pergi ke Inggris dan menikahi pengusaha bernama Ernes A. Simpson di tahun 1928. Wallis ternyata cukup eksis di Inggris, hingga akhirnya takdir mempertemukannya dengan Pangeran Edward.
Wallis menggugat cerai suaminya untuk menikahi Edward karena suaminya dituduh selingkuh. Sayangnya, statusnya sebagai dua kali janda membuatnya dianggap tak cocok menjadi Ratu Inggris.
Ibu Suri (Queen Mother) Mary of Teck diketahui tidak suka dengan Wallis.
Penentangan keras turut datang dari Perdana Menteri Inggris Stanley Baldwin. Para Perdana Menteri Persemakmuran dari Australia, Kanada, dan Afrika Selatan ikut kompak tidak merestui pernikahan Edward-Wallis.Â
Edward ternyata tetap nekat untuk menikah. Baru menjabat sebagai raja selama 236 hari, ia memutuskan turun takhta karena mengaku tidak kuat untuk memerintah tanpa ada Wallis di sampingnya.Â
Advertisement
Lari ke Paris dan Nazi
Usai Edward mengumumkan turun takhta, Wallis langsung hijrah ke Prancis agar aman dari media. Tiga bulan kemudian, Edward-Wallis menikah di Château de Candé.Â
Edward mendapatkan gelar Duke of Windsor, sementara Wallis otomatis menjadi Duchess of Windsor. Mereka tinggal di Prancis hingga tutup usia dan Wallis tidak pernah diterima keluarga kerajaan. Ia juga tidak mendapat gelar kehormatan.Â
Bagian hidup Wallis yang menjadi sorotan adalah hubungannya dengan Nazi semasa Perang Dunia II. Ia juga pernah bertemu langsung dengan Adolf Hitler dan Joseph Goebbles.Â
Situs Biography.com menyebut Wallis bahkan punya hubungan dengan pejabat Nazi bernama Joseph von Ribbentrop, mantan duta besar Jerman di Inggris.
Muncul pula dokumen rahasia bernama Windsor Files yang berisi strategi Nazi untuk menjadikan Edward agar menjadi raja boneka di Inggris, dan Wallis sebagai ratu.Â
Akhirnya, Perdana Menteri Winston Churchill memindahkan Edward dan Wallis agar menjadi gubernur di Bahama, agar jauh dari Nazi. Churchill juga berusaha agar dokumen rahasia itu tidak bocor ke publik, namun gagal.Â
The Washington Post menyebut keluarga Kerajaan Inggris membela Edward dan berkata dokumen tersebut adalah alat propaganda Nazi saja. Meski demikian, hubungan Edward-Wallis dengan kerajaan Inggris tidak pernah sepenuhnya pulih.
Gelar Windsor Berakhir
Edward meninggal pada 1972 pada usia 77 tahun. Wallis Simpson tutup usia pada 1986 pada usia 89 tahun.Â
Hingga tua, mereka masih mendapat dana finansial dari Ratu Elizabeth II.
Gelar Duke dan Duchess of Windsor berakhir dengan mereka. Ratu Elizabeth II tidak lagi memberikan gelar itu kepada orang lain.Â
Menurut situs British Heritage, pakar kerajaan Inggris Richard Fitzwilliams menyebut gelar tersebut sudah tercemar.Â
Â
Advertisement