Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok orang bersenjata di barat daya Niger telah menewaskan sedikitnya 58 orang ketika mereka mencegat konvoi yang baru saja kembali dari pasar dan menyerang desa terdekat, kata pemerintah.
Serangan pada Senin 15 Maret itu terjadi di wilayah Tillabery, yang dekat perbatasan dengan Mali dan Burkina Faso dan telah mengalami serangan yang semakin mematikan oleh kelompok bersenjata yang aktif di seluruh wilayah yang terkait dengan ISIL (ISIS) dan al-Qaeda, seperti mengutip Channel News Asia, Rabu (17/3/2021).Â
Advertisement
Baca Juga
Pengumuman itu dibacakan di televisi pemerintah Niger pada Selasa malam oleh juru bicara pemerintah Abdourahmane Zakaria, yang menyatakan masa berkabung nasional selama tiga hari untuk para korban.
Pembunuhan massal itu menggarisbawahi tantangan keamanan besar yang dihadapi presiden baru Niger, Mohamed Bazoum, yang memenangkan pemilihan pada akhir Februari untuk menggantikan pemimpin pendahulunya, Mahamadou Issoufou.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Serangan Baru-Baru Ini
Kelompok penyerang telah menewaskan sedikitnya 100 warga sipil pada 2 Januari dalam penggerebekan di dua desa di Tillabery, salah satu insiden paling mematikan dalam sejarah negara itu yang terjadi baru-baru ini.
Para penyerang kali ini mencegat empat kendaraan yang mengangkut penumpang dari pasar mingguan ke desa Chinagoder dan Darey Dey, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
"Orang-orang ini kemudian dengan berani dan kejam melanjutkan untuk melaksanakan eksekusi penumpang yang ditargetkan," katanya. "Di desa Darey Dey, mereka membunuh orang dan membakar lumbung."
Tidak ada klaim tanggung jawab langsung atas pembantaian itu.
Kekerasan adalah bagian dari krisis keamanan yang lebih luas di wilayah Sahel Afrika Barat. Banyak serangan terkonsentrasi di mana perbatasan Niger, Mali dan Burkina Faso bertemu, sebuah zona yang menjadi sasaran berat pasukan tugas Prancis berkekuatan 5.000 orang.
Tidak hanya kelompok bersenjata yang aktif di wilayah Tillaberi, tetapi serangan kontraterorisme terhadap mereka telah membantu memunculkan milisi etnis, kata para analis.
Akibatnya, ketegangan antarkomune diperburuk, terutama di dekat perbatasan antara Mali dan Niger, dengan perebutan sumber daya yang langka.
Kelompok penyerang telah melancarkan serangan massal terhadap militer Niger di wilayah Tillaberi, menewaskan lebih dari 70 pada Desember 2019 dan 89 pada Januari 2020.
Advertisement