Liputan6.com, Jakarta- Delegasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (17/3) akan memulai kunjungan ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala, di mana Bangladesh telah memindahkan lebih dari 13.000 pengungsi Muslim Rohingya sejak Desember 2020.
Kunjungan selama tiga hari itu dilakukan meskipun adanya kritik dari kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Diketahui, Bangladesh ingin memindahkan 100.000 dari lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp perbatasan yang padat ke pulau Bhasan Char.Â
Advertisement
Pulau yang muncul dari laut hanya dua dekade lalu itu dianggap rentan terhadap banjir.
"Kunjungan tiga hari pertama ini akan mempertemukan para ahli dari badan-badan PBB yang terlibat dalam tanggapan pengungsi Rohingya di Bangladesh," kata badan pengungsi PBBÂ kepada Reuters melalui e-mail.
"Kunjungan ini akan melihat situasi dan fasilitas terkini di Bhasan Char, menilai kebutuhan pengungsi Rohingya yang direlokasi ke sana, serta berdiskusi dengan pihak berwenang dan pihak lain yang saat ini bekerja di Bhasan Char," lanjut pernyataan itu, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (18/3/2021).
Â
Saksikan Video Berikut Ini:
PBB Sempat Tak Dapat Izin Tinjau Keamanan Pulau Bhasan Char
PBB sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya tidak mendapat izin untuk melakukan penilaian teknis dan keamanan di pulau tersebut, dan tidak terlibat dalam pemindahan pengungsi ke sana.
Sementara itu, otoritas Bangladesh menyatakan bahwa pemindahan itu dilakukan secara sukarela. Namun, beberapa dari kelompok pertama yang dipindahkan menyebut adanya pemaksaan.
Bangladesh telah menepis kekhawatiran keamanan atas pulau Bhasan Char, dengan alasan pembangunan penahan banjir serta perumahan untuk 100.000 orang, rumah sakit serta pusat pencegahan topan.
Dikatakan juga bahwa kepadatan yang berlebihan di kamp-kamp pengungsi memicu kasus kejahatan, sementara beberapa orang Rohingya mengatakan kekerasan yang sering terjadi di kamp telah mendorong mereka untuk pindah.
"Kami berharap ini akan menghilangkan kekhawatiran yang dimiliki PBB tentang relokasi dan mereka akan terlibat dalam relokasi dan memberikan dukungan yang dibutuhkan orang-orang Rohingya," kata seorang pejabat senior di Kementerian Luar Negeri Bangladesh.
Rohingya, kelompok minoritas yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar tidak diizinkan keluar dari negara itu, yang berjarak beberapa jam perjalanan dari pelabuhan selatan.
Advertisement