Liputan6.com, Jakarta- Negara-negara Uni Eropa akan memulai kembali vaksinasi COVID-19 dengan vaksin AstraZeneca-Oxford setelah regulator obat-obatan Eropa menyimpulkan bahwa vaksin tersebut "aman dan efektif".
Badan Obat-obatan Eropa (European Medicines Agency/EMA) mengkaji suntikan vaksin tersebut setelah 13 negara Uni Eropa menangguhkan penggunaannya karena kekhawatiran terkait kasus pembekuan darah, seperti dilansir BBC News, Jumat (19/3/2021).
Vaksin itu kemudian ditemukan "tidak terkait" dengan risiko penggumpalan yang tinggi.
Advertisement
Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol mengatakan mereka akan melanjutkan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Namun, tergantung bagaimana masing-masing negara Uni Eropa dalam memutuskan apakah dan kapan akan memulai kembali vaksinasi COVID-19 dengan menggunakan vaksin AstraZeneca.
Swedia, mengatakan masih membutuhkan "beberapa hari" untuk memutuskan langkah vaksinasi.
Laporan BBC lainnya juga mengatakan bahwa Perdana Menteri Inggris akan menerima suntikan vaksin AstraZeneca.
Pada Kamis (18/3), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara di dunia untuk terus menggunakan vaksin AstraZeneca, dan akan merilis hasil tinjauan mereka terkait keamanan vaksin pada Jumat (19/3) waktu setempat.
Investigasi dari EMA difokuskan pada sejumlah kecil kasus kelainan darah yang tidak biasa. Secara khusus, hal itu melihat kasus trombosis vena serebral - pembekuan darah di kepala.
Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengumumkan langkah-langkah baru untuk negaranya, dengan mengatakan bahwa pandemi COVID-19 jelas semakin terjadi dengan cepat dan "gelombang ketiga" infeksi tampaknya semakin mungkin terjadi.
Castex menyatakan bahwa ia akan menerima suntikan vaksin AstraZeneca pada Jumat (19/3).
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
Vaksin COVID-19 AstraZeneca Dipastikan Aman dan Efektif
Direktur Eksekutif EMA, Emer Cooke, menyatakan pada konferensi pers bahwa "(Vaksin) Ini adalah vaksin yang aman dan efektif."
"Vaksin ini bermanfaat dalam melindungi orang dari COVID-19 dengan risiko kematian dan rawat inap daripada kemungkinan risikonya."
Komite ahli EMA untuk keamanan obat, menurut Cooke, telah menemukan bahwa "vaksin tidak terkait dengan peningkatan risiko keseluruhan ... penggumpalan darah".
Tetapi, ditambahkannya, EMA tidak dapat mengesampingkan secara pasti hubungan antara vaksin dan "sejumlah kecil kasus gangguan pembekuan yang jarang dan tidak biasa tetapi sangat serius".
Oleh karena itu, EMA merekomendasikan peningkatan kesadaran tentang kemungkinan risiko ini, dengan memastikan risiko tersebut disertakan dalam informasi produk.
Ditambahkannya juga bahwa investigasi tambahan sedang dilakukan.
"Jika untuk saya, saya akan memilih untuk divaksinasi besok,"kata Cooke.
"Tetapi saya ingin tahu bahwa jika sesuatu terjadi pada saya setelah vaksinasi, apa yang harus saya lakukan dan itulah yang kami katakan hari ini," pungkasnya.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn, menyambut dukungan tinjauan atas vaksin tersebut sebagai aman dan efektif.Â
"Dokter harus diberi tahu tentang risiko trombosis vena pada wanita di bawah usia 55 tahun, sehingga mereka dapat memberi tahu pasien," tutur Spahn.
Sebelumnya, AstraZeneca mengumumkan bahwa tidak ada bukti yang ditemukan terkait risiko pembekuan akibat vaksin produksi mereka.
Namun, dikatakan juga bahwa AstraZeneca telah menerima 37 laporan pembekuan darah dari lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris pada 8 Maret.
Profesor Andrew Pollard, Direktur kelompok vaksin Oxford yang mengembangkan suntikan Oxford-AstraZeneca, menyampaikan kepada BBC pada hari Senin bahwa ada "bukti yang sangat meyakinkan bahwa tidak ada peningkatan dalam fenomena pembekuan darah di Inggris, di mana sebagian besar dosis diberikan di Eropa sejauh ini ".
Advertisement