Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Samia Suluhu Hassan menggantikan posisi Presiden Tanzania, John magufuli yang meninggal dunia akibat gagal jantung. Samia pertama kali terpilih sebagai wapres Magufuli pada 2015, kemudian dia terpilih kembali pada 2020 dan menurut konstitusi harus menjalani sisa masa jabatan lima tahun sebagai presiden.
Mengutip BBC, Jumat (19/3/2021), dia menjadi satu-satunya pemimpin politik wanita Afrika saat ini - kepresidenan Ethiopia sebagian besar merupakan peran seremonial - dan bergabung dengan daftar pendek wanita di benua itu yang telah menjalankan tugas sebagai pemimpin negara mereka.
Advertisement
Wanita berusia 61 tahun ini lebih dikenal sebagai Mama Samia - dalam budaya Tanzania yang mencerminkan rasa hormat yang diembannya, alih-alih mereduksinya menjadi peran gender.
Samia merupakan pilihan yang mengejutkan bagi pasangannya pada 2015, melompati beberapa politisi lain yang lebih terkemuka di partai Chama Cha Mapinduzi (CCM), yang telah berkuasa dalam berbagai bentuk sejak kemerdekaan pada tahun 1961.
Ia pertama kali terpilih menjadi pejabat publik pada 2000, dan menjadi terkenal secara nasional pada 2014 sebagai wakil ketua Majelis Konstituante, yang dibentuk untuk menyusun konstitusi baru.
Di sana, sikapnya yang tenang dalam mengelola kekacauan yang kadang terjadi dan cara dia menangani beberapa anggota yang lebih blak-blakan membuatnya mendapat berbagai bentuk pujian.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Dinilai Cakap
Dalam hal kepribadian, dia sangat kontras dengan Magufuli, di mana dia tampak impulsif, tidak takut untuk berbicara langsung dan membiarkan perasaannya diketahui, dan lebih bijaksana.
Dia juga dikatakan sebagai pendengar yang baik yang percaya untuk mengikuti prosedur yang benar.
Seorang anggota parlemen, January Makamba, yang bekerja dengannya di kantor wakil presiden, menyebutnya sebagai "politisi paling diremehkan di Tanzania".
"Saya telah mengamati dari dekat etos kerja, pengambilan keputusan, dan temperamennya. Dia adalah pemimpin yang sangat cakap," katanya.
Namun, arah kebijakan Samia masih belum jelas. Yang paling penting, dia harus memutuskan apakah akan melanjutkan pendekatan skeptis seperti pendahulunya untuk menangani virus corona.
Advertisement