Liputan6.com, Kuwait - Sebuah cafe kopi populer di beberapa negara timur tengah bernama Einstein Café mendapat kecaman karena memicu tren kontroversial yaitu mengganti cangkir kertas dengan botol bayi.
Dikutip dari Oddity Central, Jumat (19/3/2021), Einstein Café memiliki cabang di negara-negara seprti UEA, Kuwait, dan Bahrain. Pada suatu hari, kafe tersebut mengganti cangkir kertas yang biasa digunakan untuk menyajikan minuman dengan botol plastik bayi lengkap dengan dot silikon yang transparan.
"Semua orang ingin membelinya, orang-orang menelpon sepanjang hari, memberi tahu kami bahwa mereka akan datang bersama teman-teman mereka, bersama ayah dan ibu mereka," kata Younes Molla, CEO rantai kopi ini di UAE kepada Associated Press (AP).
Advertisement
"Setelah berbulan-bulan pandemi, dengan segala kesulitan, orang mengambil foto, bersenang-senang, mengingat masa kecil mereka".
Dituduh Membawa Aib
Tren botol bayi ini menjadi sangat populer sehingga bagi yang ingin mencoba, mereka harus berbaris di trotoar di luar kafe ini untuk mencoba botol bayi ini.
Beberapa bahkan menjadi kreatif dan membawa botol bayi mereka ke kafe lain, memohon kepada staf untuk mengisinya.
Botol bayi ini banyak digunakan untuk alat peraga di Instagram ataupun Tiktok. Karena banyak peminat, kafe lain juga mulai meniru ide ini. Namun, peningkatan perhatian di media sosial juga berdampak negatif.
Banyak komentar negatif mulai muncul menuduh kafe ini membawa aib ke dalam Islam. Tidak hanya di media sosial, baru-baru ini pemerintah juga mengkritik kafe tersebut.
Pihak berwenang di Dubai mulai melakukan penggerebekan di kafe yang diketahui menggunakan botol bayi dan Kuwait memutuskan untuk menutup lokasi kafe tersebut.
Pemilik dari kafe di Bahrain dan Oman diperingatkan bahwa menyajikan minuman dalam botol bayi "melanggar adat istiadat dan tradisi".
"Penggunaan botol bayi secara sembarangan tidak hanya bertentangan dengan budaya dan tradisi lokal," kata sebuah pernyataan oleh pemerintahan UEA. "Tapi kesalahan penanganan botol selama pengisian juga bisa berkontribusi pada penyebaran COVID-19."
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement