Sukses

Perdagangan Plasenta untuk Obat di China Tetap Berjalan Meski Telah Dilarang

Bagi rakyat China, plasenta manusia -- atau ziheche, digunakan untuk memperkuat sistem kekebalan yang lemah dan membantu mengobati penyakit seperti tuberkulosis, dan membantu meningkatkan kesehatan reproduksi.

Liputan6.com, Beijing - Bagi rakyat China, plasenta manusia -- atau ziheche, digunakan untuk memperkuat sistem kekebalan yang lemah dan membantu mengobati penyakit seperti tuberkulosis, dan membantu meningkatkan kesehatan reproduksi.

Menurut Lesley Tierra dan Michael Tierra dalam bukunya Chinese traditional herbal medicine (1998), ziheche telah menjadi bahan dalam beberapa obat tradisional China untuk mengobati penyakit wasting disease, infertilitas, impotensi dan kondisi lainnya.

Dikutip dari Mashable SE Asia, Minggu (21/3/2021), menurut media China dalam korespondensi dengan orang dalam pasar gelap, para pedagang mengambil sumber plasenta manusia dari rumah sakit, fasilitas limbah medis, dan bahkan rumah duka. Harga per plasenta hampir setara Rp 200 ribu.

Menurut dokter kandungan Lin Xiu di Rumah Sakit Reproduksi Guangxi Zhuang Autonomous Region, mengkonsumsi plasenta sama seperti memakan daging. Bedanya, plasenta tidak terbukti bermanfaat bagi tubuh manusia.

"Tapi kalau ibu sudah kena penyakit infeksi, plasenta juga ikut membawa virus," jelasnya, sebagaimana diwartakan the South China Morning Post.

Memasak plasenta dengan metode konvensional juga tidak akan membunuh virus yang ada. Hanya disinfektan bedah tingkat medis yang dapat melakukan pekerjaan itu dan secara umum alat-alatnya tidak dapat diakses oleh publik.

Kementerian Kesehatan China menyatakan bahwa plasenta manusia adalah milik wanita yang baru saja melahirkan. Ketika seorang ibu memilih membuang plasenta setelah melahirkan, rumah sakit biasanya membuangnya ke tempat sampah medis. Di sanalah pedagang plasenta -- yang biasanya pegawai rumah sakit atau perantara lainnya, terlihat.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

2 dari 3 halaman

Harga Tergantung Jenis Kelamin Bayi

Yang mekhawatirkan adalah plasenta ini dapat ditemukan di situs ecommerce China seperti Taobao. Untuk menghindari deteksi oleh pihak berwenang, nama dan deskripsi produk tidak menjelaskan secara eksplisit untuk menyembunyikan produk sebetulnya.

Harga juga berbeda tergantung dengan jenis kelamin bayi yang pernah bergantung pada plasenta tersebut. Plasenta dari bayi laki-laki dapat dijual setara satu juta rupiah dan plasenta dari bayi perempuan setara Rp 900 ribu.

"Saya telah membeli plasenta beberapa kali. Saya merebusnya atau memotongnya menjadi isian untuk pangsit," kata seorang pelanggan yang sering membeli plasenta manusia. "Setelah makan plasenta, saya merasa kualitas tidur saya membaik dan kulit saya menjadi lebih baik."

Walau memang ada batasan, perdagangan plasenta di industri farmasi berada di wilayah abu-abu hukum.

Meski perdagangan plasenta manusia sudah dilarang sejak 2005, namun, tidak ada undang-undang yang melarang penjualan obat-obatan yang dibuat dengan plasenta. Perusahaan farmasi masih bebas untruk memproduksi dan medistribusikan obat-obatan yang menganduk jejak plasenta manusia.

 

Reporter: Paquita Gadin

3 dari 3 halaman

Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19