Liputan6.com, Yangon- Junta militer di Myanmar telah membebaskan lebih dari 600 tahanan yang merupakan pendemo anti-kudeta pada Rabu (24/3).
Di antara para tahanan itu, termasuk seorang fotografer Associated Press yang ditangkap saat meliput suasana demo anti-kudeta.
Rezim di Myanmar telah melancarkan gelombang kekerasan yang mematikan, dalam upaya memadamkan protes nasional terhadap kudeta militer pada 1 Februari lalu dan penangkapan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
Advertisement
Aung San Suu Kyi dijadwalkan menghadiri sidangnya pada Rabu (24/3) di Ibu Kota Myanmar, Naypyidaw, atas tuduhan pelanggaran yang membuatnya dilarang secara permanen dari jabatan politik.
Namun pengacara Aung San Suu Kyi, yaitu Khin Maung Zaw mengatakan bahwa sidang ditunda hingga 1 April mendatang karena masalah dengan konferensi video akibat penutupan internet yang diberlakukan oleh junta militer.
Sementara di Yangon, fotografer APÂ yang bernama Thein Zaw (32) - yang ditangkap bulan lalu saat meliput demo - dibebaskan dari penjara Insein.
"Saya sekarang dalam perjalanan pulang untuk bertemu dengan ibu saya. Saya dalam keadaan sehat," kata Thein Zaw, seperti dilansir AFP, Rabu (24/3/2021).
"Petugas polisi yang menggugat saya menarik tuntutannya - itulah mengapa mereka membebaskan saya tanpa syarat," terangnya.
Thein Zaw ditahan karena dituduh "menyebarkan berita palsu", bersama dengan lima jurnalis lainnya yang ditangkap pada hari yang sama.
Para jurnalis itu di antaranya dari Myanmar Now, Myanmar Photo Agency, 7Day News, Zee Kwet Online news dan seorang freelancer.
Namun, masih belum adanya informasi jelas apakah dakwaan mereka juga telah dicabut.
Saksikan Video Berikut Ini:
Kericuhan di Mandalay
Pembebasan Thein Zaw terjadi beberapa jam setelah lebih dari 600 orang yang ditahan karena memprotes kudeta dibebaskan dari penjara yang sama.
"Kami membebaskan 360 pria dan 268 perempuan dari penjara Insein hari ini," kata seorang pejabat senior penjara Insein yang enggan disebut namanya, kepada AFP, sebelum fotografer AP tersebut dibebaskan.
Seorang pengacara bernama Khin Maung Myint, yang berada di penjara Insein untuk sidang kedua klien lainnya, mengatakan 16 bus yang dipenuhi orang meninggalkan penjara pada pukul 10 pagi waktu setempat.
"Beberapa klien menelepon saya (setelah) memberi tahu saya tentang pembebasan mereka," terangnya kepada AFP.
Kericuhan yang terjadi di Mandalay dengan pembakaran barikade, penangkapan, rumah-rumah yang digerebek oleh pasukan keamanan, kekerasan, serta tembakan terdengar di beberapa daerah, menurut laporan media lokal.
Tiga orang tewas pada 23 Maret, termasuk seorang anak perempuan berusia tujuh tahun bernama Khin Myo Chit, yang tertembak di rumahnya di Mandalay, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Kelompok bantuan Save the Children dan AAPP mengatakan bahwa setidaknya 20 orang berusia di bawah 18 tahun telah tewas akibat kekerasan tersebut.
"Kami khawatir bahwa anak-anak terus menjadi sasaran serangan fatal terhadap pengunjuk rasa damai ini," kata Save the Children dalam sebuah pernyataan.
"Kami sekali lagi meminta pasukan keamanan untuk segera menghentikan serangan mematikan terhadap pengunjuk rasa ini," ujarnya.
Advertisement