Liputan6.com, Ankara - Turki membantah tuduhan Presiden Emmanuel Macron yang sebelumnya mengatakan bahwa Ankara akan ikut campur dalam pemilu Prancis dengan memanipulasi opini publik.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi France 5, Macron menuduh media pemerintah Turki terlibat dalam "upaya kebohongan" dan menggambarkan Prancis memiliki "masalah dengan Islam".
"Jelas dengan memanipulasi opini publik akan ada upaya untuk mengganggu pemilu berikutnya," kata Macron.
Advertisement
Baca Juga
Prancis dijadwalkan menggelar pemilihan presiden tahun depan, demikian dikutip dari laman usnews, Kamis (25/3/2021).
Pernyataan itu muncul meskipun ada upaya dari Turki dan Prancis untuk meredakan ketegangan hubungan yang mencapai titik terendah setelah Recep Tayyip Erdogan menuduh Prancis sangat Islamofobia.
Selain itu, Turki juga mengatakan Macron perlu menjalani pemeriksaan mental.
Kedua negara juga berselisih tentang masalah lain, termasuk sengketa hak energi di Mediterania timur dan intervensi militer Turki di Libya.
Kedua pemimpin mengadakan konferensi video awal bulan ini, dalam upaya untuk mengakhiri perselisihan.
Â
Saksikan Video Berikut Ini:
Sebut Ucapan Macron Berbahaya
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy merilis pernyataan yang menyebut klaim Macron "berbahaya".
"Turki tidak memiliki agenda terkait politik dalam negeri Prancis selain dari kesejahteraan, perdamaian, dan harmoni dari 800.000 komunitas Turki yang tinggal di negara itu," kata Aksoy.
Aksoy juga menyatakan kekecewaannya bahwa Emmanuel Macron membuat komentar tersebut pada saat Prancis dan Turki mengambil langkah untuk memastikan hubungan yang lebih baik.
"Kami ingin mengingatkan Prancis bahwa Turki akan membalas setiap sikap atau pernyataan positif atau negatif dengan cara yang sama," katanya.
Advertisement