Liputan6.com, Bangkok - Thailand telah menetapkan keputusan untuk menempatkan Tom Yam Kung di daftar Warisan Budaya United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).
Dilansir dari Mashable, Sabtu (27/3/2021), dalam rapat kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan o-cha pada 23 Maret 2021, disepakati bahwa hidangan sup yang gurih pedas dan harum akan menjadi kandidat tahun ini untuk daftar tersebut.
Baca Juga
Dicintai oleh banyak orang di seluruh dunia, Tom Yam Kung (alias Tom Yam Goong) adalah sup pedas yang hadir dalam dua varian yaitu bening dan kental.
Advertisement
Bahan yang umum digunakan dalam Tom Yam Kung antara lain serai, daun jeruk purut, air jeruk nipis, cabai, kecap ikan, dan udang.
Saat digabungkan, indra penciuman, perasa, dan penglihatan akan disambut dengan ledakan rasa dan tekstur.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Juga Video Berikut Ini:
Makanan Populer yang Diminati Banyak Orang
Tom Yam juga salah satu makanan Asia Tenggara yang paling sering disajikan di dunia, terlihat di restoran di mana-mana, mirip dengan dominasi makanan China.
Dapat dikatakan bahwa di mana pun seseorang berada, pasti akan menemukan tempat yang melayani Tom Yam Kung.
Saat membedah nama 'Tom Yam Kung' itu sendiri, dapat menemukan arti yang cukup jelas dan relevan dengan tampilan makanan tersebut.
'Tom' mengacu pada tindakan merebus, 'Yam' mengacu pada pencampuran, dan 'Kung' mengacu pada hal-hal seperti udang dan udang.
Menurut Menteri Kebudayaan Thailand Itthiphol Kunplome, "Tom Yam Kung mencerminkan gaya hidup sederhana masyarakat pertanian."
Hidangan ini berasal dari wilayah tengah Thailand, tapi Tom Yam Kung bisa dicicipi dengan sangat berbeda, tergantung pada preferensi pribadi orang yang menyiapkan atau memakannya.
Banyak yang berpendapat bahwa karena kuah bening adalah varian asli, berarti hanya itu yang bisa dibilang Tom Yam Kung asli.
Namun, yang lain melihat manfaat dari varian yang kental, yang menambahkan santan ke dalam campuran untuk tekstur yang lembut dan lembut.
Menurut UNESCO, hidangan ini baru menjadi populer lebih dari 50 tahun yang lalu, meskipun sudah ada selama berabad-abad.
Â
Reporter: Veronica Gita
Advertisement