Sukses

Sejumlah Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson Gagal Dipemeriksaan Kualitas

Johnson & Johnson mengatakan komponen vaksin yang diproduksi oleh Emergent BioSolutions tidak memenuhi standar kualitas.

Liputan6.com, New York City - Perusahaan farmasi raksasa, Johnson & Johnson mengumumkan, Rabu (31/3), sejumlah vaksin COVID-19 buatannya tidak lolos uji standar kualitas dan tidak bisa dipakai.

Kantor berita Associated Press melaporkan, perusahaan itu tidak mengungkapkan berapa banyak dosis yang terbuang dan tidak jelas bagaimana masalah itu akan mempengaruhi pengiriman vaksin ke depan, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (2/4/2021).

Johnson & Johnson mengatakan komponen vaksin yang diproduksi oleh Emergent BioSolutions tidak memenuhi standar kualitas. Emergent BioSolutions adalah satu dari sepuluh perusahaan yang digunakan Johnson & Johnson untuk mempercepat produksi vaksin yang baru-baru ini mendapat persetujuan.

Johnson & Johnson mengatakan bahwa pabrik Emergent BioSolutions yang terlibat dalam produksi belum mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) untuk membuat bagian dari vaksin tersebut. Emergent menolak berkomentar.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

20 Juta Vaksin Untuk AS

Johnson & Johnson telah menjanjikan 20 juta dosis vaksin kepada pemerintah AS pada akhir Maret dan 80 juta dosis sisanya pada akhir Mei.

Dalam pernyataannya tentang masalah manufaktur, perusahaan itu mengatakan bahwa pihaknya masih berencana untuk mengirimkan 100 juta dosis pada akhir Juni dan "menargetkan untuk mengirimkan dosis ini pada akhir Mei."

Presiden Joe Biden berjanji akan menyediakan vaksin dalam jumlah yang cukup kepada semua orang dewasa Amerika pada akhir Mei. Pemerintah AS telah memesan vaksin dua-dosis dari dari Pfizer dan Moderna untuk memvaksinasi 200 juta orang. Vaksin-vaksin itu akan siap pada akhir Mei, ditambah 100 juta dosis dari Johnson & Johnson.

Seorang pejabat federal mengatakan pada Rabu (31/3) malam, seperti dikutip Associated Press, bahwa pemerintah bisa memenuhi target vaksinasi tanpa vaksin tambahan dari Johnson & Johnson.