Sukses

Sutradara Jihad Selfie Ungkap Doktrin ISIS dalam Kasus Teror di Mabes Polri

Pengamat terorisme sekaligus sutradara Jihad Selfie mengungkap doktrin ISIS pada kasus penembakan di Mabes Polri.

Singapura - Kasus penembakan di Mabes Polri oleh gadis milenial berinisial ZA (25) menjadi pemberitaan di berbagai negara. Pengamat teroris dari luar negeri turut memperhatikan kasus ini. 

Noor Huda, pengamat terorisme dari Nanyang Technological University Singapura, menyebut kasus teroris ini masih terkait dengan ideologi ISIS untuk menyerang "musuh khilafah". Selain itu, ia menyorot perubahan paradigma terorisme yang melibatkan perempuan. 

"Sebelumnya, Al Qaeda itu dunia lelaki. Coba lihat semua pelakunya pasti laki-laki," ujar Noor Huda kepada ABC Australia, Kamis (1/4/2021).

Pria yang juga sutradara dokumenter Jihad Selfie itu menjelaskan bahwa ISIS menjalankan proyek politik untuk memiliki wilayah sehingga memerlukan adanya penduduk.

"Makanya, suami istri yang terlibat di dalamnya. Dari situlah keterlibatan perempuan terjadi. Jadi lebih pada keluarga," jelas alumni Universitas Monash ini. 

Keputusan sejumlah orang untuk untuk hijrah ke khilafah ISIS 2014 pun, menurut Noor Huda, umumnya dilakukan antara suami dan istri karena mereka ingin memboyong seluruh keluarga.

"Tapi karena untuk masuk ke wilayah ISIS semakin susah, muncullah fatwa dari juru bicara kelompok tersebut, Al Adnani," lanjutnya. 

Noor Huda menyebutkan, doktrin ISIS yang disampaikan Taha Subhi Falaha, atau dikenal sebagai Muhammad al-Adnani, yaitu, "Kalau kalian tidak bisa datang ke sini, seranglah musuhmu di mana saja. Meski hanya merusak rumput-rumputnya saja, itu sudah cukup bagus. Mau pakai pisau, gunting, apa saja, yang penting merusak musuh-musuh khilafah."

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Doktrin Masih Beredar

Menurut Noor Huda, doktrin ini tetap beredar melalui platform media sosial, terutama Telegram yang paling banyak digunakan jaringan ISIS.

"Keterlibatan dalam forum di medsos secara tidak langsung memberikan panggung kepada kaum perempuan karena sifat komunikasi yang terjadi lebih horisontal," jelas Visiting Fellow RSiS pada NTU Singapura ini.

"Perempuan yang tadinya bukan siapa-siapa, kemudian merasa mendapatkan kesetaraan dalam bentuk komunikasi media sosial yang tidak lagi vertikal. Laki-laki dan perempuan sama saja, setara saat komunikasi di WA, Telegram, dan lainnya," tambahnya.

"Mereka merasa di dunia online itulah suara mereka terdengar. Di dunia mainstream tidak," ujar Noor Huda.

3 dari 3 halaman

Pamit Lewat Grup WA

Polisi menemukan surat wasiat pelaku teror Mabes Polri saat melakukan penggeledahan rumah di wilayah Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur. Hal itu diungkap langsung oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

"Kita temukan juga saat penggeledahan di rumahnya surat wasiat dan ada kata-kata di WA Grup keluarga bahwa yang bersangkutan akan pamit," tutur Listyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (31/3/2021). 

Menurut Listyo, saat melakukan aksi teror, pelaku yang merupakan perempuan berinisial ZA juga membawa map kuning berisikan amplop dengan kata-kata tertentu. Selain itu, wanita berusia 25 tahun itu juga mengunggah bendera ISIS di akun Instagramnya.

"Diposting 21 jam lalu di mana di dalamnya ada bendera ISIS dan ada tulisan terkait bagaimana perjuangan jihad," jelas dia.

Dalam surat wasiat itu, ZA juga menulis pesan kepada kakaknya. Dia meminta agar sang kakak menjaga adik dan ibundanya. Serta beribadah kepada Allah dan meninggalkan penghasilan yang tidai seusai ajaran Islam dan juga tidak membanggakan Ahok. 

Listyo menegaskan telah memerintahkan Kepala Densus 88 Antireror Polri untuk mengusut tuntas aksi teror di Mabes Polri ini. Para petugas pun diminta tetap waspada dalam bertugas.

"Saya sudah perintahkan ke Kadensus untuk mendalami dan mengusut tuntas terkait jaringan kelompok tersangka ini," Listyo menandaskan.