Sukses

14 Fenomena Astronomi pada April 2021, dari Hujan Meteor hingga Supermoon

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mencatat ada setidaknya 14 fenomena langit dan astronomi yang terjadi sepanjang bulan April 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN mencatat ada setidaknya 14 fenomena langit dan astronomi yang terjadi sepanjang bulan April 2021.

Dari konjungsi bulan, hujan meteor hingga Supermoon, berikut 14 fenomena astronomi sepanjang bulan ke-4 tahun ini, sebagaimana dilansir dari catatan peneliti ahli pertama LAPAN Andi Pangerang di laman resmi Edukasi Sains Antariksa - LAPAN pada Sabtu (3/4/2021).

1-2 April: Konjungsi Bulan-Antares

Puncak konjungsi Bulan-Antares terjadi pada 2 April 2021 pukul 03.49 WIB / 04.49 WITA / 05.49 WIT. Akan tetapi, fenomena ini sudah dapat disaksikan sejak 1 April 2021 pukul 21.45 waktu setempat dari arah Timur-Tenggara hingga keesokan paginya ketika fajar bahari berakhir dari arah Barat-Barat Daya. Sudut pisah bervariasi antara 6,64° hingga 4,58°. Magnitudo Antares sebesar +1,05; sedangkan Fraksi Iluminasi Bulan bervariasi antara 79,3% hingga 77,2% (Bulan Susut/Cembung Akhir).

Simak video pilihan berikut:

2 dari 14 halaman

4 April: Fase Bulan Perbani Akhir

Fase perbani akhir adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi dan Bulan membentuk sudut siku-siku (90°) dan terjadi setelah fase Bulan purnama. Puncak fase perbani akhir terjadi pada pukul 17.02.27 WIB / 18.02.27 WITA / 19.02.27 WIT. Sehingga, Bulan perbani akhir ini sudah dapat disaksikan ketika terbit sebelum tengah malam dari arah timur-tenggara, berkulminasi di arah selatan menjelang terbit Matahari dan kemudian terbenam di arah barat-barat daya sekitar tengah hari. Bulan berjarak 376.541 km dari Bumi (geosentrik) dan berada di sekitar konstelasi Sagitarius.

3 dari 14 halaman

6-8 April: Konjungsi Tripel Bulan-Jupiter-Saturnus

Bulan akan mengalami konjungsi tripel dengan Jupiter dan Saturnus selama tiga hari berturut-turut sejak tanggal 6 April hingga 8 April 2021. Fenomena ini dapat disaksikan di arah Timur-Tenggara dekat konstelasi Capricornus sejak pukul 03.00 waktu setempat hingga fajar bahari berakhir. Magnitudo Jupiter sedikit bervariasi antara -2,08 hingga -2,09 ; sedangkan magnitudo Saturnus konstan di angka +0,75. Bulan berfase sabit akhir ketika konjungsi tripel dengan iluminasi bervariasi antara 34,4% hingga 15,8%.

4 dari 14 halaman

12 April: Fase Bulan Baru dan Konjungsi Tripel Bulan-Venus-Matahari

Fase Bulan Baru kali ini terjadi pada 12 April pukul 09.30.43 WIB / 10.30.43 WITA / 11.30.43 WIT dengan jarak 403.642 km dari Bumi (geosentrik) dan terletak di konstelasi Pisces. Bulan tidak hanya membentuk konjungsi dengan Matahari melainkan juga dengan Venus sehingga dapat disebut juga Konjungsi Tripel Bulan-Venus-Matahari, dan ketika terbenam Matahari, tersisa Bulan dan Venus yang tampak berdekatan dengan sudut pisah antara 2,6° hingga 2,55° selama 10-15 menit sebelum keduanya terbenam.

Kondisi langit pada 12 Februari dini hari, Saturnus dapat dilihat sejak pukul 01.30 waktu setempat dari arah Timur, kemudian menyusul Jupiter yang baru terbit pada pukul 02.30 waktu setempat dan kedua planet raksasa ini dapat disaksikan hingga fajar bahari berakhir.

Sementara itu, ketinggian Bulan di Indonesia ketika terbenam Matahari bervariasi antara 2,6° hingga 3,6° dengan sudut elongasi terhadap Matahari bervariasi antara 3,8° hingga 4,8° sehingga Bulan kemungkinan agak sulit diamati meskipun dengan alat bantu.

Sedangkan, Mars sudah condong ke arah barat laut ketika awal senja bahari hingga kemudian terbenam di arah barat-barat laut pada pukul 21.45 wakut setempat. Merkurius tidak dapat terlihat sepanjang malam dan berada di atas ufuk bersama-sama dengan Venus, Matahari dan Bulan.

5 dari 14 halaman

15 April: Apoge Bulan

Apoge Bulan adalah konfigurasi ketika Bulan terletak paling jauh dengan Bumi. Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang ­berbentuk elips dengan Bumi terletak di salah satu titik fokus orbit tersebut. Perige Bulan terjadi setiap rata-rata 27? hari dengan interval dua apoge Bulan yang berdekatan bervariasi antara 26,98–27,90 hari. Rentang yang lebih sempit dibandingkan dengan perige disebabkan karena Bulan juga bersama-sama dengan Bumi mengelilingi Matahari. Sehingga, ketika perige, akan mengalami perturbasi lebih besar dengan Matahari dibandingkan ketika apoge.

6 dari 14 halaman

17 April: Okultasi Mars oleh Bulan

Okultasi Mars oleh Bulan adalah fenomena astronomis ketika Mars melintas di belakang Bulan sehingga tampak tertutupi oleh Bulan. Hal ini dapat terjadi karena jarak Mars ke Bumi lebih jauh dibandingkan dengan jarak Bulan ke Bumi. Secara global, Okultasi Mars oleh Bulan terjadi pada tanggal 17 April 2021 mulai pukul 09.45 Universal Time (16.25 WIB) hingga 14.35 Universal Time (21.35 WIB).

Wilayah yang dapat menyaksikan okultasi Mars antara lain: India bagian timur, Srilanka, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Indonesia bagian barat.

Sedangkan, di Indonesia, Okultasi Mars dapat disaksikan di: Sumatera, Kalimantan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Okultasi Mars oleh Bulan pernah dialami oleh Indonesia pada 6 Desember 2015 dan 3 Januari 2017, dan akan dialami pada 5 Mei 2024, 30 Juni 2031 dan 25 Januari 2034 mendatang.

7 dari 14 halaman

19 April: Konjungsi Superior Merkurius

Merkurius mengalami konjungsi superior pada 19 April 2021 pukul 08.56 WIB. Konjungsi superior adalah konfigurasi yang berlaku khusus pada Merkurius dan Venus, yakni ketika Merkurius, Matahari dan Bumi terletak pada satu garis lurus dan Merkurius membelakangi Matahari. Konjungsi superior ini menandai pergantian ketampakan Merkurius yang semula ketika fajar menjadi senja.

Fase Merkurius ketika konjungsi superior sama dengan fase purnama pada Bulan maupun oposisi pada planet luar (Mars hingga Neptunus). Bagian permukaan Merkurius yang menghadap Bumi tersinari seluruhnya oleh Matahari. Akan tetapi, karena Merkurius membelakangi Matahari, Merkurius akan tampak berdekatan dengan Matahari dan jarak Merkurius terhadap Bumi menjadi sangat jauh, sehingga Merkurius akan tampak berukuran lebih kecil dan cukup sulit diamati.

Jarak Merkurius ke Bumi mencapai 1,331 sa atau 199,1 juta kilometer dengan magnitudo tampak -2,33 dan diameter sudut 1/12 menit busur. Sudut pisah Merkurius-Matahari sebesar 0,57°. Konjungsi superior Merkurius sebelumnya terjadi pada 10 Januari, 5 Mei, 17 Agustus dan 20 Desember 2020. Sedangakn, konjungsi superior berikutnya akan terjadi pada 1 Agustus dan 29 November 2021, serta pada 3 April, 17 Juli dan 8 November 2022. 

8 dari 14 halaman

19 April: Konjungsi Bulan-Pollux

Puncak konjungsi Bulan-Pollux terjadi pada 20 April 2021 pukul 01.18 WIB / 02.18 WITA / 03.18 WIT. Akan tetapi, fenomena ini sudah dapat disaksikan sejak 19 April 2021 ketika fajar bahari dari arah Utara-Barat Laut hingga sebelum tengah malam dari arah Barat-Barat Laut. Sudut pisah bervariasi antara 4,72° hingga 3,68°. Magnitudo Antares sebesar +1,15; sedangkan Fraksi Iluminasi Bulan bervariasi antara 41,7% hingga 43,2% (Sabit Awal).

9 dari 14 halaman

20 April: Fase Bulan Perbani Awal

Fase perbani awal adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi dan Bulan membentuk sudut siku-siku (90°) dan terjadi sebelum fase Bulan purnama.

Puncak fase perbani awal terjadi pada pukul 13.58.51 WIB / 14.58.51 WITA / 15.58.51 WIT. Sehingga, Bulan perbani awal ini baru dapat disaksikan ketika terbit 30 menit setelah tengah hari dari arah timur-timur laut, berkulminasi di arah utara ketika senja bahari dan kemudian terbenam di arah barat-barat laut 30 menit setelah tengah malam. Bulan berjarak 391.348 km dari Bumi (geosentrik) ketika puncak fase perbani awal dan berada di sekitar konstelasi Cancer.

10 dari 14 halaman

21-30 April: Konjungsi Merkuris-Venus

Merkurius akan mengalami konjungsi dengan Venus selama sepuluh hari berturut-turut sejak tanggal 21 April dan berakhir pada 30 April. Sudut pisah Merkurius-Venus awalnya sebesar 4,02° kemudian mengecil hingga mencapai 1,18° ketika puncak konjungsi (25 April senja hari) dan keesokan harinya, sudut pisah Merkurius-Venus membesar hingga 4,09°.

Magnitudo Merkurius bervariasi antara -2,10 hingga -1,19 sedangkan magnitude Venus sedikit bervariasi antara -3,91 hingga -3,89. Fenomena ini dapat disaksikan dari arah Barat-Barat Laut sekitar 12 menit setelah terbenam Matahari. Dikarenakan Merkurius cukup redup saat di ufuk rendah, disarankan dapat mengamati Merkurius menggunakan alat bantu seperti binokuler.

11 dari 14 halaman

22-23 April: Hujan Meteor Lyrid

Hujan meteor Lyrid adalah hujan meteor tahunan yang titik radiannya berada di konstelasi Herkules dekat Vega, bintang paling terang di konstelasi Lyra. Hujan meteor ini berasal dari sisa debu komet C/1861 G1 Thatcher. Hujan meteor ini aktif sejak 16 April hingga 25 April dengan puncak hujan meteor terjadi pada 22 April 19.00 WIB / 20.00 WITA / 21.00 WIT, sehingga dapat disaksikan sejak terbit di arah Barat Laut sekitar pukul 22.15 waktu setempat hingga fajar bahari berakhir keesokan harinya.

Intensitas maksimum hujan meteor ini dapat mencapai 18 meteor per jam ketika di zenit. Akan tetapi, intensitas maksimum di Indonesia bervariasi antara 12 hingga 15 meteor per jam dengan ketinggian titik radian ketika kulminasi bervariasi antara 45° hingga 61°. Tidak perlu menggunakan alat bantu apapun untuk mengamati hujan meteor ini, kecuali jika ingin merekam fenomena ini, dapat menggunakan kamera all-sky.

12 dari 14 halaman

27 April: Bulan Purnama Perige (Supermoon)

Puncak purnama kali ini akan terjadi pada pukul 10.31.29 WIB / 11.31.29 WITA / 12.31.29 WIT dengan jarak geosentris 357.616 km, berdiameter sudut 33,41 menit busur dan terletak di konstelasi Libra. Sedangkan perige Bulan terjadi pada pukul 22.29.48 WIB / 23.29.48 WITA / 28 April 00.29.48 WIT dengan jarak geosentrik 357.378 km, berdiameter sudut 33,43 menit busur dan terletak di konstelasi Libra. Sehingga, purnama ini dinamakan juga Bulan Super (supermoon) karena jaraknya cukup berdekatan dengan titik perige.

Bulan purnama perige kali ini adalah seri pertama dari dua seri di tahun 2021, seri berikutnya terjadi pada 26 Mei 2021 bertepatan dengan gerhana Bulan total yang dapat disaksikan juga di Indonesia. Bulan purnama perige selalu terjadi setiap tahunnya. Bulan purnama perige baru dapat diamati pada arah Timur-Menenggara setelah terbenam Matahari hingga Barat-Barat Daya keesokan harinya setelah terbit Matahari.

13 dari 14 halaman

27 April: Perihelion Merkurius

Perihelion secara umum adalah konfigurasi ketika planet berada di titik terdekat dari Matahari. Hal ini disebabkan oleh orbit planet yang berbentuk elips dengan Matahari terletak di salah satu dari kedua titik fokus orbit tersebut. Perihelion Merkurius terjadi setiap rata-rata 88 hari sekali atau dalam setahun terjadi empat kali. Perihelion Merkurius di bulan April 2021 terjadi pada 27 April 2021 pukul 08.48 WIB / 09.48 WITA / 10.48 WIT dengan jarak 46 juta kilometer dari Matahari. Perihelion Merkurius sebelumnya sudah terjadi pada 29 Januari dan seri berikutnya akan terjadi pada 24 Juli dan 20 Oktober 2021.

Ketika perihelion, Merkurius akan menerima energi dua kali lebih besar dibandingkan dengan ketika berada di aphelion. Lebar sudut Merkurius jika diamati dari Bumi ketika perihelion 26,6% lebih besar dibandingkan ketika aphelion, meskipun perbedaannya tidak begitu signifikan ketika diamati melalui teleskop karena lebar sudut Merkurius bervariasi antara 0,106-0,134 menit busur. Merkurius cukup sulit di amati ketika awal senja bahari karena berada di ufuk rendah, sehingga cenderung lebih redup.

14 dari 14 halaman

28-29 April: Konjungsi Bulan-Antares

Bulan akan mengalami konjungsi Bulan-Antares yang kedua di penghujung April kali ini. Hal ini dikarenakan periode sideris Bulan selama 27,32 hari.

Puncak konjungsi Bulan-Antares terjadi pada 29 April 2021 pukul 13.07 WIB / 14.07 WITA / 15.07 WIT. Akan tetapi, fenomena ini sudah dapat disaksikan sejak 28 April 2021 pukul 20.00 waktu setempat dari arah Timur-Tenggara hingga keesokan paginya ketika fajar bahari berakhir dari arah Barat-Barat Daya. Konjungsi pada hari kedua dapat diamati pada waktu dan arah yang sama. Sudut pisah bervariasi antara 12,35° hingga 8,28° untuk hari pertama dan antara 6,22 hingga 9,16 untuk hari kedua. Magnitudo Antares sebesar +1,05; sedangkan Fraksi Iluminasi Bulan bervariasi antara 96,7% hingga 95,5% (Bulan Susut/Cembung Akhir) pada hari pertama dan antara 91,1% hingga 89,1% (Bulan Susut/Cembung Akhir) pada hari kedua.