Sukses

Mengenal Pangeran Hamzah, Sosok Sederhana yang Dituduh Ingin Gulingkan Raja Yordania

Siapakah Pangeran Hamzah ini? Sosok yang dianggap bikin gaduh lantaran ingin menjatuhkan Raja Yordania.

Liputan6.com, Amman - Nasib mantan putra mahkota Yordania, Hamzah bin Al Hussein, tidak jelas. Laporan sebelumnya menunjukkan saat ini ia sedang dalam tahanan rumah.

Seorang pejabat militer Yordania mengatakan Pangeran Hamzah (41) diperintahkan untuk menghentikan kegiatan "yang bertujuan merusak keamanan dan stabilitas Yordania".

Lalu, siapakah Pangeran Hamzah ini? Sosok yang dianggap bikin gaduh lantaran ingin menjatuhkan Raja Yordania.

Pangeran Hamzah lahir pada 29 Maret 1980, di ibu kota Amman. Dia adalah saudara tiri Raja Abdullah II, demikian dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (6/4/2021).

Ketika ayah mereka Raja Al Hussein bin Talal meninggal karena kanker pada 1999, Abdullah (59) dimahkotai dan Hamzah diberi gelar putra mahkota Yordania.

Penunjukan itu untuk menghormati Raja Hussein, yang memerintah selama hampir 50 tahun dan dikenal paling menyukai Hamzah di antara 11 anaknya dari empat pernikahan.

Namun, Raja Abdullah mencabut gelar ini lima tahun kemudian dan memberikannya kepada putra tertuanya Al Hussein bin Abdullah II (26).

Raja Abdullah berkata ia telah memutuskan untuk "membebaskan" Pangeran Hamzah "dari kendala posisi putra mahkota untuk memberi Anda kebebasan untuk bekerja dan menjalankan misi atau tanggung jawab apa pun yang saya percayakan kepada Anda".

Namun keputusan itu dipandang sebagai langkah Raja Yordania untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya.

 

Simak video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Ada Persaingan Terbuka

Berbicara dalam bahasa Inggris kepada BBC, Pangeran Hamzah mengatakan dia bukan bagian dari konspirasi dan mengecam sistem yang berkuasa.

"Kesejahteraan [Yordania] telah ditempatkan di urutan kedua oleh sistem pemerintahan yang telah memutuskan bahwa kepentingan pribadi, kepentingan keuangan, bahwa korupsi lebih penting daripada kehidupan dan martabat serta masa depan 10 juta orang yang tinggal di sini," katanya .

Abdullah dan Hamzah tidak pernah menunjukkan persaingan terbuka selama bertahun-tahun.

Hamzah adalah sosok yang populer di Yordania. Dia terlihat religius dan sederhana, berhubungan dengan orang biasa dan mirip dengan ayah tercinta, mendiang Raja Hussein.

Dia telah mengkritik pemerintah di masa lalu, menuduh pejabat "gagal manajemen" setelah mereka menyetujui undang-undang pajak penghasilan pada tahun 2018.

Pangeran Hamzah tidak dipandang sebagai ancaman besar bagi monarki Yordania dan telah terpinggirkan selama bertahun-tahun.

Tetapi tindakan melawannya merupakan insiden pertama yang melibatkan anggota dekat keluarga kerajaan sejak Raja Abdullah naik takhta.

 

3 dari 3 halaman

Dekat dengan Tokoh Masyarakat

Pihak berwenang menjadi semakin prihatin dengan upayanya untuk membangun hubungan dengan tokoh-tokoh yang tidak puas pada suku-suku Yordania yang kuat.

Orang-orang ini, yang dikenal sebagai Herak, dalam beberapa pekan terakhir menyerukan protes terhadap korupsi di negara yang terkena dampak COVID-19 terhadap ekonomi, menyebabkan angka pengangguran ke rekor tertinggi dan memperdalam kemiskinan.

Pihak berwenang telah menindak beberapa demonstrasi, menahan lusinan orang.

Suku-suku yang mendominasi pasukan keamanan membentuk fondasi dukungan untuk monarki Hashemite kerajaan.

Pangeran Hamzah sering difoto saat bertemu dengan tokoh-tokoh suku dan dikenal populer, terutama di kalangan suku dan warga Tepi Timur Yordania, karena kemiripannya yang luar biasa dengan ayahnya.

Pertemuannya baru-baru ini dengan para pemimpin suku di seluruh Yordania dan postingan di Twitter pada tahun 2018 yang menyertakan kata-kata meriah, "Oh negaraku", menyebabkan kehebohan di kerajaan.

Kunjungannya ke tetua suku atas undangan mereka secara luas dipandang sebagai caranya menunjukkan relevansi dan kedekatannya dengan orang-orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.