Liputan6.com, Jakarta - Pangeran Charles dari Inggris mengatakan: "Sekarang telah diketahui selama beberapa dekade, kita terlalu lambat untuk menyadari bahwa melestarikan dan memulihkan gaya hidup unik planet kita bukanlah alasan penting dari etika dan akal sehat tetapi juga ekonomi".
"Memang restorasi dan regenerasi alam bukanlah pilihan yang kita miliki sebagai hal yang berharga untuk dipertimbangkan, itu adalah kebutuhan dan keharusan untuk memastikan kelangsungan hidup," kata Pangeran Charles.
Baca Juga
"Alam masih bisa pulih jika kita memberinya kesempatan, tetapi jendela kita untuk melakukannya tertutup dengan cepat," ujarnya.
Advertisement
Pernyataan dari Pangeran Charles itu ditampilkan dalam webinar yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Inggris di Indonesia, pada Kamis (8/4/2021) dengan Professor Sir Partha Dasgupta yang membahas tentang laporannya, yaitu Dasgupta Review.
Laporan tersebut, yang ditugaskan oleh Kementerian Keuangan Inggris – HM Treasury, mengemukakan pendekatan-pendekatan yang memperhitungkan alam dalam perekonomian maupun pembuatan keputusan - dikatakan Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins sebagai laporan yang akan Pemerintah Inggris perhatikan dengan sangat hati-hati".
Webinar ini pun dihadiri oleh Professor Sir Partha Dasgupta, Dr. (H.C.) dan beberapa menteri di Indonesia.
Para menteri Indonesia itu, diantaranya adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T. dan Dr. (H.C.) Ir. H. Suharso Monoarfa - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional yang memberikan pidato utama.
Saksikan Video Berikut Ini:
Alam Sebagai Titik Gelap Dalam Perekonomian
Acara itu pun juga menyoroti pernyataan Profesor Dasgupta yang menuturkan: "Alam adalah titik gelap dalam perekonomian; yang terabaikan dengan risiko yang kita tanggung sendiri".
Professor Dasgupta mengatakan bahwa "dalam pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan pembangunan, yang sesungguhnya harus dipahami adalah, kemakmuran jangka panjang bergantung pada penyeimbangan kembali permintaan kita terhadap alam, baik dalam barang maupun jasa, dengan apa yang mampu dipasok oleh alam".
"Hal ini, artinya, dampak menyeluruh dari interaksi kita dan seluruh lapisan masyarakat terhadap alam juga ikut diperhitungkan, dan COVID-19 menjadi contoh atas apa yang bisa terjadi kelak bila kita tidak melakukan pendekatan ini," paparnya.
"Alam adalah rumah kita. Perekonomian yang baik menuntut kita untuk mengelola alam dengan lebih baik" ujar Profesor Dasgupta.
Dubes Owen Jenkis menjelaskan bahwa webinar yang menampilkan Prosfesor Dasgupta bersama para perwakilan dari Kementerian Republik Indonesia, bertujuan mendiskusikan aspirasi Indonesia sebagai panutan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan masyarakat dan mata pencahariannya, sambil tetap menjaga keunikan keanekaragaman hayati, demikian menurut keterangan tertulis dari Kedutaan Besar Inggris.
"Dasgupta Review menunjukkan bagaimana kita dapat dan harus memperhitungkan keanekaragaman hayati dalam pengambilan keputusan ekonomi," jelas Dubes Owen Jenkins.
Advertisement