Liputan6.com, Jakarta - Hong Kong mengonfirmasi telah meminta AstraZeneca untuk menangguhkan pengiriman vaksin COVID-19. Permintaan itu karena adanya kekhawatiran efek samping yang parah dan keraguaan atas kemanjurannya terhadap varian baru virus corona.
Regulator obat-obatan Eropa mengatakan minggu ini bahwa vaksin AstraZeneca dapat menyebabkan pembekuan darah yang sangat langka di beberapa penerima, mendorong sejumlah negara untuk menghentikan pemberiannya kepada orang-orang di bawah usia tertentu. Demikian seperti melansir laman Channel News Asia, Jumat (9/4/2021).
Advertisement
Baca Juga
Inggris pada Kamis 8Â April telah berusaha meredam ketakutan atas vaksin itu, dengan mengatakan potensi efek samping sangat jarang - dan risiko jatuh sakit parah akibat COVID-19 jauh lebih besar.
Pada hari Jumat, kepala kesehatan Hong Kong Sophia Chan mengatakan kota tersebut telah meminta AstraZeneca untuk tidak mengirimkn sesuai rencana akhir tahun ini.
"Kami pikir AstraZeneca tidak perlu mengirimkan vaksin ke kota dalam tahun ini," katanya, menambahkan Hong Kong ingin "menghindari pemborosan karena vaksin kekurangan pasokan secara global."
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pasokan Vaksin di Hong Kong
Hong Konga telah mendapatkan pasokan vaksin yang baik untuk 7,5 juta penduduknya.
Negara tersebut telah menandatangani kesepakatan untuk 7,5 juta vaksin masing-masing dengan BioNTech / Pfizer dan Sinovac China, keduanya telah mulai pengiriman.
Chan mengatakan Hong Kong juga tertarik untuk melihat vaksin lain yang mungkin memiliki hasil yang lebih kuat terhadap jenis virus korona yang lebih baru.
Awal pekan ini David Hui, seorang ahli kesehatan masyarakat terkemuka dan penasihat pemerintah, menyerukan Hong Kong untuk mengganti AstraZeneca dengan vaksin dosis tunggal baru yang dibuat oleh Johnson dan Johnson.
Hong Kong yang padat penduduk adalah salah satu tempat pertama yang terkena virus corona, tetapi jarak sosial yang ketat dan penggunaan masker telah membantu menjaga infeksi hingga lebih dari 11.000 dengan 205 kematian.
Meskipun memiliki pasokan vaksin yang stabil, penerimaannya lambat di tengah ketidakpercayaan yang berputar-putar pada pemerintah ketika Beijing menindak para pendukung demokrasi.
Sejauh ini hanya 529.000 orang yang mendapat dosis pertama.
Kepercayaan publik juga terhambat oleh pesan pemerintah.
Sinovac China menerima persetujuan jalur cepat meskipun tidak mempublikasikan data uji klinisnya dalam jurnal peer review.
Pemberian vaksin BioNTech juga dihentikan sebentar setelah beberapa botol ditemukan rusak meskipun pihak berwenang mengatakan botol yang rusak dibuang sebelum digunakan dalam vaksinasi.
Advertisement