Liputan6.com, Podgorica - Utang infrastruktur Montenegro ke China menumpuk, sementara proyek yang terkait mangkrak. Utang diambil pada 2014 agar China membiayai 85 persen pembangunan jalan raya. Jika utang gagal bayar, maka risikonya China bisa mengakses lahan negara itu.
Jumlah utangnya mencapai hampir US$ 1 miliar yang berasal dari Bank ExIm di China. Masalahnya, ada dua studi kelayakan pada 2006 dan 2012 yang menyebut jalan raya itu secara ekonomi tidak mampu berjalan dengan sukses.
Advertisement
Baca Juga
Jalan itu dibangun oleh China Road and Bridge Corporation. Kini, China memegang utang terbesar di Montenegro.
Dilaporkan Financial Times, Senin (12/4/2021), Montenegro kini berusaha mencari pinjaman dari Eropa. Menteri Keuangan Montenegro, Milojko Spajic, optimistis dapat pinjaman dari Uni Eropa.
"Montengero cukup kecil maka keputusannya seharusnya mudah," ujar Spajic. Ia berkata harapan meminjam ke Eropa sebagai buah yang mudah dipetik (low-hanging fruit).
Spajic mengakui bahwa negaranya bergantung pada China dalam infrastruktur. Secara geopolitik, ia menyebut posisi itu "dramatis." Kini, ia merasa bahwa negaranya harusnya kerja sama dengan di Uni Eropa.
"Kita harus mengkoneksikan diri kita lebih dekat ke sekutu-sekutu UE. Kita butuh keselarasan dalam ekonomi," ujar Spajic.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Jika Gagal Bayar
Proyek jalan raya tersebut diteken oleh partai sosialis Montenegero yang kini sudah tumbang. Pembayaran utang tahap awal bakal dimulai pada Juli 2021, meski proyeknya mangkrak.
Jika Montenegro gagal bayar utang (default), maka kontraknya menyebut bahwa China bakal punya akses untuk mengakses tanah Montenegro yang dipakai sebagai jaminan.
Menkeu Montenegro berharap bisa dapat utang dari Komisi Eropa, Bank Investasi Eropa, dan Banko Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan.
Pihak Uni Eropa berkata berminat membantu, tetapi kesulitan mencari instrumennya, sebab utang Montenegero terlalu besar dibanding ukuran ekonomi negara kecil itu.
Selain itu, Montenegero bakal diminta untuk melakukan reformasi fiskal. Proyek jalan raya itu juga dianggap tak sesuai standar Uni Eropa.
Advertisement
Uni Eropa Harus Turun Tangan
Montenegro berpisah dari Serbia di 2006. Negara itu berusaha masuk Uni Eropa pada 2024.
Pakar geopolitik mendukung agar Uni Eropa membantu utang Montenegro karena faktor kedekatan wilayah.
"Uni Eropa harus turun tangan," ujar Tena Prelec, pakar dari Universitas Oxford yang mempelajari wilayah Montenegro.
"Montenegro adalah halaman belakang EU. Ini akhirnya akan menjadi jalan yang konkret untuk menunjukan bahwa UE adalah merupakan seorang pemain, seorang aktor geostrategis sejati," ujarnya.