Sukses

Dilarang Bawa Al-Qur'an, Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Bakal Tuntut Sipir Penjara

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny mengancam akan menuntut sipir penjara tempat ia ditahan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny mengancam akan menuntut penjara tempat dia ditahan, usai menuduhnya telah menyembunyikan Al-Qur'an yang ingin ia pelajari selama menjalani masa hukumannya.

Dalam postingan Instagram yang mengumumkan gugatan pertamanya terhadap petugas penjara, dia berkata: "Masalahnya, mereka tidak memberikan Al-Qur'an saya."

Seperti mengutip laman Al Jazeera, Kamis (15/4/2021), ia menambahkan bahwa ia ingin "mempelajari Al-Qur'an secara mendalam".

Ini merupakan salah satu dari beberapa tujuan "perbaikan diri" yang telah dia tetapkan untuk dirinya sendiri selama di penjara.

Klaim tersebut muncul saat Navalny, seorang Kristen, tetap melakukan mogok makan sebagai protes terhadap dugaan penolakan oleh pihak berwenang untuk mengizinkan dokternya memeriksanya di balik jeruji besi, setelah ia mengalami sakit punggung dan kaki yang parah.

Postingan Instagram pria 44 tahun itu muncul saat bulan Ramadhan dimulai, periode di mana umat Islam berpuasa dan menghabiskan waktu membaca Al-Qur'an.

Dia mendapat kecaman di awal karir politiknya karena membuat komentar nasionalis dan mencemooh para imigran di Rusia dari negara-negara mayoritas Muslim di Asia Tengah.

Kritikus Kremlin mengatakan dia belum diberi akses terhadap buku apa pun yang dia bawa atau pesan selama sebulan terakhir karena semuanya perlu "diinspeksi dari ekstremisme", yang menurut para pejabat membutuhkan waktu tiga bulan.

“Buku adalah segalanya bagi kami, dan jika saya harus menuntut hak saya untuk membaca, maka saya akan menggugat,” katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ditangkap pada Januari

Navalny adalah lawan domestik paling sengit bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dia ditangkap pada Januari setelah kembali ke Moskow dari Jerman, di mana dia menghabiskan lima bulan untuk memulihkan diri dari dugaan keracunan zat saraf yang ia tuding dilakukan oleh Kremlin. Otoritas Rusia telah menolak tuduhan tersebut.

Pengadilan memerintahkan Navalny pada Februari untuk menjalani hukuman dua setengah tahun penjara karena melanggar persyaratan masa percobaannya, termasuk ketika dia menjalani pemulihan di Jerman, dari hukuman penggelapan tahun 2014.

Navalny telah menolak hukuman itu karena dibuat-buat, dan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa menganggapnya "sewenang-wenang dan secara nyata tidak masuk akal".

Pihak berwenang memindahkan Navalny bulan lalu dari penjara Moskow ke koloni hukuman IK-2 di wilayah Vladimir, 85 kilometer (53 mil) timur ibu kota Rusia.

Fasilitas di kota Pokrov terkenal dengan rutinitas yang kejam, termasuk berdiri tegak selama berjam-jam.

Dalam beberapa minggu setelah dipenjara, Navalny mengatakan dia mengalami sakit punggung dan kaki yang parah dan secara efektif dilarang tidur karena seorang penjaga memeriksanya setiap jam di malam hari.

Dia melakukan mogok makan dua minggu lalu, menuntut akses ke pengobatan yang tepat dan kunjungan dari dokternya.

Namun sebaliknya, layanan penjara negara bagian Rusia mengklaim dia menerima semua bantuan medis yang dia butuhkan.