Liputan6.com, Beijing - Vaksin Sinovac gagal mendapat izin WHO pada April 2021 seperti yang diperkirakan sebelumnya. Hal itu berdasarkan update status evaluasi WHO pada 14 April 2021.
Status vaksin Sinovac saat ini masih dalam tahap assessment di proses Emergency Use Listing Procedure (EUL)/Prequalification Programme (PQ) di WHO. Vaksin harus melewati proses itu sebelum dapat izin WHO.
Advertisement
Baca Juga
Vaksin Sinovac sebelumnya diprediksi akan mendapat izin WHO pada akhir bulan ini. Kini, Sinovac diperkirakan mendapat izin pada awal Mei 2021, namun masih tentatif.
Izin WHO sangatlah penting terutama bila ingin Umrah, sebab Arab Saudi hanya memberi izin pada jemaah yang mendapat vaksin yang telah dapat izin WHO, seperti Pfizer dan AstraZeneca.
Vaksin Sinovac merupakan andalan di Indonesia. Kedatangan vaksin ini disambut gembira oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2020. Jutaan rakyat Indonesia telah disuntik vaksin tersebut meski belum ada izin WHO. Rencananya, pemerintah ingin tambah pesanan hingga 100 juta vaksin Sinovac.
Adapun negeri jiran Malaysia umumnya memilih menggunakan vaksin Pfizer, termasuk Perdana Menteri Muhyiddin Yassin. Singapura juga memesan Sinovac, namun vaksinnya tak terpakai karena tidak ada izin.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Kemenkes: Sinovac Masih Efektif Tekan Penularan COVID-19
Menanggapi kabar terkait rendahnya vaksin buatan China termasuk Sinovac oleh otoritas negara tersebut, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi angkat bicara.
Dari hasil evaluasi Badan POM, ITAGI, dan para ahli, vaksin Sinovac yang saat ini digunakan masih cukup efektif menekan laju penularan dan memberikan perlindungan dari COVID-19. Penggunaan vaksin buatan China ini pun sudah melalui uji klinis tahap tiga dan sesuai standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Nadia menambahkan uji klinis vaksin Sinovac tidak hanya dilakukan di China, tetapi juga di Brazil, Turki, bahkan Indonesia dengan efikasinya mencapai 60 persen. Hal ini sudah sesuai standar dari WHO yakni di atas 50 persen.
“Uji klinis Sinovac ini dilakukan bukan hanya di China, tapi juga di Brazil dan Turki selain di Indonesia dan efikasi dari vaksin ini 65 persen. Dan di Brazil semuanya hampir di atas 60 persen,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Senin (12/4).
“Kita juga melihat dari hasil uji klinis kita, bahwa peningkatan antibodi yang didapatkan dari hasil uji klinis tahap tiga yang dilakukan di UNPAD itu terjadi peningkatan 95 sampai 99 persen. Berarti kalau kita bicara kemampuan pembentukan antibodi di dalam tubuh kita, itu masih sangat baik,” lanjut Nadia.
Dari data-data ini, Nadia menyampaikan agar masyarakat yang sudah mendapatkan kesempatan untuk divaksin tidak perlu ragu.
“Jangan kehilangan ataupun menyia-nyiakan kesempatan kita untuk mendapatkan proteksi dengan tidak memanfaatkan vaksin yang saat ini kita miliki,” kata Nadia.
Advertisement