Liputan6.com, Jakarta - Dalam acara Leaders Summit on Climate, pemerintah dari beberapa negara dan sejumlah perusahaan mengumumkan pembentukan Koalisi LEAF (The Lowering Emissions by AcceleratingForest), sebuah inisiatif baru yang ambisius antara sektor publik dan swasta yang dirancang untuk mengakselerasi aksi iklim.
Kedua pihak sepakat untuk menyediakan mekanisme pembiayaan berbasis hasil bagi negara-negara yang berkomitmen untuk melestarikan hutan tropisnya.
Baca Juga
Inisiatif ini bertujuan untuk memobilisasi pembiayaan dengan dana sebesar 1 miliar dolar, dan menandai salah satu upaya publik dan swasta dalam skala terbesar guna melestarikan hutan tropis, yang dapat bermanfaat bagi miliaran jiwa sekaligus mendukung pembangunan berkelanjutan.
Advertisement
"Koalisi LEAF merupakan contoh terobosan skala dan jenis kolaborasi yang dibutuhkan untukmelawan krisis iklim, dan mencapai angka emisi nol bersih pada tahun 2050 di tingkat global.
Strategi yang menyatukan sumber daya dari sektor pemerintah dan swasta menjadi langkah penting dalam mendukung upaya skala besar yang harus dilancarkan guna menghentikan deforestasi dan mengawali restorasi hutan tropis dan sub-tropis”, ungkap Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Iklim, John Kerry.
Saksikan Video Berikut Ini:
Koalisi Sejumlah Negara
LEAF Coalition adalah sebuah inisiatif yang awalnya diikuti oleh beberapa negara antara lain pemerintah Norwegia, Inggris, Amerika Serikat, serta beberapa perusahaan terkemuka seperti Amazon, Airbnb, Bayer, Boston Consulting Group, GSK, McKinsey, Nestlé, Salesforce, dan Unilever.
Para peserta di dalam koalisi akan mendukung pengurangan emisi berkualitas tinggi dari negara –negara dengan hutan tropis dan sub-tropis, sehingga upaya untuk mengurangi dan menghentikan deforestasi dapat berjalan dengan baik.
Emergent, lembaga nirlaba asal Amerika Serikat, akan menyediakan sarana untuk memfasilitasi transaksi dan berperan sebagai Koordinator Administratif LEAF.
LEAF bertujuan untuk terus berekspansi sehingga mendapatkan dukungan dari berbagai negara danperusahaan lain dalam beberapa bulan ke depan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa hutan tropis dunia merupakan paru-paruplanet kita, namun kita kehilangan ekosistem yang amat berharga terlalu cepat.
Johnson menambahkan kondisi tersebut berdampak serius pada miliaran populasi penduduk dunia yang bergantung pada hutan untuk penghidupan dan keberlanjutan hidup mereka, sekaligus memundurkan upaya kita dalam melawan perubahan iklim.
Ia berpendapat, waktu untuk melindungi hutan tropis kita dari kerugian yang tak dapat digantikan dan membatasi pemanasan global hingga1.5°C sudah kian menipis.
“Itulah mengapa pemerintahan Inggris bangga untuk turut berpartisipasi bersama dengan para mitra kami di dalam Koalisi LEAF, menggerakkan investasi bisnis dan bekerjasama bahu-membahu dengan negara-negara hutan tropis untuk bekerja dan menghentikan deforestasi, mengurangi emisi gas rumah kaca global dan memulihkan pelestarian alam”, ujar Johnson
Advertisement