Sukses

Dukung Pasar Bebas, Indonesia-Inggris Prakarsai JETCO

Indonesia-Inggris berusaha menunjang perdagangan antara kedua negara lewat Joint Economic and Trade Committee (JETCO).

Liputan6.com, London - Inggris dan Indonesia berusaha terus membuka potensi perdagangan antara kedua negara. Sebagai mitra dagang Inggris, potensi Indonesia dinilai bisa lebih besar dari saat ini.

Kedutaan Besar Inggris menyebut Indonesia adalah mitra dagang ke-52 Inggris, padahal Indonesia seharusnya bisa masuk ke 20 besar. Kedua negara lantas sepakat menggenjot perdagangan bilateral lewat Joint Economic and Trade Committee (JETCO).

JETCO merupakan hasil dari Joint Trade Review (JRT) untuk mengkaji perdagangan dan investasi bilateral Inggris dan Indonesia. Hasilnya, ada beberapa sektor potensial yang bisa menggenjot perdagangan kedua negara.

Berdasarkan keterangan Kedutaan Besar Inggris, Senin (26/4/2021), sektor yang dimaksud seperti pendidikan, produk pertanian, makanan dan minuman, teknologi, farmasi dan perawatan kesehatan, infrastruktur dan transportasi, kayu dan produk kayu, layanan keuangan, ekonomi kreatif, serta energi terbarukan atau pertumbuhan hijau.

JETCO diharapkan bisa meningkatkan perdagangan dan investasi di sektor-sektor utama dengan menangani masalah pasar bebas dan akses pasar.

Menteri Perdagangan Internasional Inggris Liz Truss mengatakan bahwa pada tahun 2050, Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu dari lima ekonomi terdepan dunia. Perjanjian JETCO menetapkan ambisi Inggris untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara, serta membuka pasar baru untuk perusahaan-perusahaan Inggris.

“Kami ingin memperkuat hubungan perdagangan dengan negara-negara yang bervisi serupa, seperti misalnya Indonesia, dimana kita memiliki keyakinan yang sama terhadap demokrasi dan sistem internasional yang berbasis peraturan, yang membantu memperkuat kemitraan dinamis Global Britain dengan ASEAN dan Asia Tenggara," ujar Liz.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

2 dari 3 halaman

Win-Win Solution

Awalnya, JETCO akan fokus pada makanan, minuman dan produk pertanian serta energi terbarukan/pertumbuhan hijau. Kadin dan BritCham telah memulai ini dengan kelompok yang dipimpin bisnis yang melihat kolaborasi dalam energi terbarukan.

JETCO diharapkan akan menjadi win-win solution bagi dunia bisnis kedua negara.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, Indonesia memiliki populasi muda yang berbakat dan terus mencari peluang; infrastruktur dan industri yang berkembang pesat; dan potensi besar dalam energi terbarukan, kendaraan listrik, serta teknologi lain yang berkembang pesat yang akan mendominasi perekonomian kita di tahun-tahun mendatang.

“Saya senang karena JETCO ini akan mendorong kita lebih jauh untuk meningkatkan perdagangan dan kerja sama”, tukas Owen.

Sementara itu Komisaris Perdagangan Inggris untuk Asia Pasifik Sam Myers mengatakan bahwa MoU ini merupakan langkah penting untuk memperdalam hubungan perdagangan Inggris dengan Indonesia, sebagai ekonomi terbesar ASEAN.

“Hal ini akan menciptakan mekanisme formal untuk mengatasi peluang dan tantangan bisnis di tingkat senior pemerintah, dan memulai diskusi khusus sektoral di sembilan bidang prioritas. Kami sudah memiliki hubungan yang produktif dalam bisnis energi terbarukan dan pertumbuhan hijau, serta produk makanan dan minuman - menciptakan prospek baru untuk kemitraan dan kemakmuran bersama”, tutup Sam.

 

3 dari 3 halaman

Perdagangan Indonesia-Inggris

Investasi ke Indonesia dari Inggris meningkat 53 persen menjadi 7,1 miliar pound sterling pada 2019 - bahkan selama masa pandemi. Sebagai investor terbesar kedua dari Eropa di Indonesia, Inggris berinvestasi di lintas sektor perekonomian - mulai dari energi, hingga farmasi, dan barang konsumen yang terjangkau.

Indonesia memiliki surplus perdagangan (barang) dengan Inggris. Inggris adalah pasar penting untuk alas kaki, pakaian, dan produk kayu Indonesia.

Inggris juga menyambut kebijakan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan investasi asing langsung dengan mengembangkan iklim usaha, seperti yang terlihat melalui Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Law), sehingga mendorong dunia usaha Inggris untuk mempertimbangkan investasi lebih lanjut.

Kamar Dagang Inggris di Indonesia (BritCham) memperkirakan bahwa investasi Inggris telah menciptakan lebih dari 1 juta pekerjaan di Indonesia.