Sukses

Tsunami COVID-19, Pemerintah India Didesak Bangun Lebih Banyak Lokasi Kremasi

Gelombang kedua COVID-19 yang ganas melanda beberapa bagian India, membanjiri rumah sakit, kuota kamar mayat, dan krematorium.

Liputan6.com, New Delhi - Polisi di ibu kota India, telah meminta pihak berwenang setempat untuk mengidentifikasi lebih banyak situs kremasi.

Permintaan ini mengingat New Delhi mencatat jumlah kematian COVID-19 tertinggi, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (30/4/2021).

Gelombang kedua yang ganas melanda beberapa bagian India, membanjiri rumah sakit, kuota kamar mayat, dan krematorium.

Jumlah total kasus Covid melewati 18 juta pada Kamis (29/4) dengan 379.257 infeksi tercatat - peningkatan satu hari terbesar dalam catatan untuk negara mana pun di dunia.

India melaporkan 3.645 kematian pada Kamis (29/4), yang merupakan rekor lain.

Lebih dari 390 kematian itu terjadi di Delhi, India dan menjadi yang tertinggi sejak pandemi dimulai.

"Kematian di kota sebagian besar terkait dengan COVID-19 dan karena keterbatasan tempat, keluarga dipaksa untuk mengkremasi orang yang mereka cintai di krematorium yang disedikan khusus. Itu sebabnya kami menyarankan agar lebih banyak krematorium harus didirikan," ujar seorang anggota kepolisian senior.

Oksigen, obat-obatan, dan tempat tidur rumah sakit terus kekurangan pasokan, dengan orang-orang memohon di media sosial untuk membantu menemukan fasilitas tersebut.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kritikan Terhadap Pemerintah India

Pemerintah pusat India menghadapi kritik yang meningkat atas penanganannya terhadap pandemi, dan karena mengizinkan rapat umum pemilu dan festival keagamaan.

Tetapi menteri kesehatan membela pemerintah pada Kamis (29/4) dengan mengatakan tingkat kematian negara itu adalah yang terendah di dunia dan bahwa pasokan oksigen "cukup".

Harsh Vardhan mengatakan kepada kantor berita ANI bahwa oksigen sekarang "tersedia dari banyak sumber" termasuk dari luar negeri, dan penyimpanan serta tanker kriogenik juga sedang dipersiapkan.

Para ahli mengatakan, penguncian dan vaksinasi adalah satu-satunya jalan keluar.