Liputan6.com, New Delhi - Seorang YouTuber asal India bernama Rahul Vohra meninggal dunia pada Minggu 10Â Mei di rumah sakit New Delhi akibat komplikasi COVID-19. Berita kematian Rahul ini disampaikan sutradara-penulis teater Arvind Gaur, demikian dikutip dari laman Tribune India, Senin (10/5/2021).
Rahul (35) sempat membagikan informasi bahwa ia diagnosis positif COVID-19 awal pekan ini dalam sebuah postingan Facebook. Dia dirawat di rumah sakit Rajeev Gandhi Super Speciality, Tahirpur dan dipindahkan ke Rumah Sakit Ayushman, Dwarka, pada Sabtu malam.
Gaur mengkonfirmasi berita kematian Rahul di Facebook. "Rahul Vohra sudah tiada, aktor berbakat saya sudah tidak ada lagi," tulis Gaur.
Advertisement
"Baru kemarin dia memberi tahu saya bahwa hidupnya bisa diselamatkan jika dia mendapat perawatan yang lebih baik. Dia dipindahkan ke Ayushman, Dwarka tadi malam tapi kami tidak bisa menyelamatkannya. Mohon maafkan kami, kami semua adalah pelakunya. Hormat terakhir saya," tulisnya.
Pada Sabtu 8 Mei, Rahul dalam sebuah posting Facebook telah menandai Perdana Menteri Narendra Modi dan Wakil Menteri Utama Delhi Manish Sisodia dan meminta perawatan yang lebih baik.
"Jika saya ingin mendapatkan perawatan yang lebih baik mungkin saya bisa diselamatkan," tulis YouTuber India ini.
Saksikan Video Berikut Ini:
Desakan Lockdown Nasional
Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi, sedang berada dalam tekanan besar untuk memberlakukan lockdown terlepas dari kesulitan ekonomi yang akan terjadi karenanya.
Dikutip dari AP News, lonjakan kasus positif COVID-19 di negara tersebut tidak kunjung mereda.
Banyak ahli medis, pemimpin oposisi, bahkan hakim Mahkamah Agung menyerukan agar lockdown diberlakukan.
Seorang penjual bunga di kota Bangaluru, India Selatan, mengatakan bahwa, "Hanya jika kesehatan kami baik, apakah kami dapat memperoleh penghasilan."
"Lockdown akan membantu semua orang, dan penyebaran virus corona juga akan turun," tambahnya.
Lonjakan angka kasus yang membengkak di India sejak Februari terjadi karena adanya varian baru yang lebih menular serta keputusan pemerintah untuk menginzinkan orang banyak berkumpul untuk festival keagamaan dan demonstrasi politik.
Advertisement