Liputan6.com, Wageningen - Tidak hanya anjing, kini lebah pun dilatih untuk mendeteksi kehadiran Virus Corona COVID-19.
Ilmuwan di Belanda melatih lebah untuk mengidentifikasi COVID-19 melalui indera penciumannya.
Baca Juga
Dikutip dari Science Alert, Selasa (11/5/2021), penelitian ini dilakukan terhadap lebih dari 150 lebah di laboratorium penelitian bio-veteriner Universitas Wageningen.
Advertisement
Cara para ilmuwan melatih lebah tersebut adalah dengan memberinya suguhan larutan air gula setiap kali mereka terpapar aroma cerpelai yang terinfeksi COVID-19.
Setiap kali lebah memilih sampel yang tidak terinfeksi, mereka tidak mendapatkan hadiah air gula tersebut.
Setelah beberapa detik, lebah dapat mengidentifikasi sampel yang terinfeksi dengan menjulurkan lidah untuk mengumpulkan air gula -- atau hadiah mereka.
Belum Tentu Bisa Menggantikan PCR
Â
Namun, para peneliti masih belum yakin apakah hewan adalah pilihan yang terbaik untuk 'mengendus' kasus COVID-19 di luar laboratorium.
Holger Volk, seorang ahli saraf hewan mengatakan "Tidak ada yang mengatakan mereka dapat menggantikan mesin PCR, tetapi mereka bisa sangat menjanjikan."
Setidaknya, hewan tertentu dapat berguna untuk mengidentifikasi COVID-19 di tempat atau negara di mana peralatan laboratorium berteknologi tinggi langka atau tidak dapat diakses.
Ilmuwan Wageningen, misalnya, sedang mengerjakan prototipe mesin yang secara otomatis dapat melatih banyak lebah sekaligus, kemudian menggunakan keterampilan mereka untuk menguji aerosol Virus Corona COVID-19 (partikel kecil bermuatan virus) di lingkungan sekitarnya.
Lebah bukanlah hewan pertama yang mendeteksi COVID-19 dengan aroma. Peneliti juga telah melatih anjing untuk membedakan sampel COVID-19 positif dan negatif dari air liur atau keringat manusia dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi.
Sebuah penelitian kecil di Jerman menemukan bahwa anjing dapat mengidentifikasi sampel COVID-19 positif dengan presentase 94 persen.
Itu karena perubahan metabolisme dari Virus Corona COVID-19 membuat cairan tubuh orang yang terinfeksi berbau sedikit berbeda dari orang yang tidak terinfeksi.
Â
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement