Sukses

Pengamat Tuduh Video Perayaan Lebaran Muslim Uighur di Xinjiang sebagai Sandiwara

Sebuah video yang beredar di dunia maya, yang menunjukkan perayaan Lebaran para muslim Uighur di Kashgar, Xinjiang, menuai kontroversi baru-baru ini.

Liputan6.com, Beijing - Sebuah video yang beredar di dunia maya, yang menunjukkan perayaan Lebaran para muslim Uighur di Kashgar, Xinjiang, menuai kontroversi baru-baru ini.

Tiongkok tengah disorot dunia atas perlakuan mereka terhadap minoritas Uighur dan rekaman diduga sengaja dibuat sebagai upaya propaganda Beijing bahwa mereka tidak memperlakukan salah kelompok mayoritas muslim tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian bahkan me-retweet video yang beredar di TikTok itu, yang memperlihatkan ribuan orang merayakan festival Idul Fitri --akhir dari bulan suci Ramadan-- di kota tua Kashgar.

Rekaman itu menangkap kerumunan orang menari di alun-alun kota.

Sebagian besar komentar diduga berasal dari akun 'bot', memuji rezim China dan memojokkan 'media Barat' dan apa yang disebut pasukan anti-China lainnya.

Tetapi Nurmuhammad Majid, Presiden Asosiasi Australia Turkistan Timur mengatakan kepada Daily Mail Australia video itu adalah sandiwara yang diorkestrasi, demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (16/5/2021).

"Ini jelas film propaganda yang dibuat oleh pemerintah China," katanya.

"Anda mungkin telah melihat ini sebelum 2016, tetapi sejak itu kami belum melihat yang seperti ini."

"Namun, setelah minggu ini ketika komunitas global menunjuk jari mereka ke China mengutuk mereka, mereka menunjukkan video ini dalam upaya untuk menyangkal kebenaran."

Majid dan kelompok-kelompok lain menganalisis rekaman dan menemukan bahwa banyak hal yang 'janggal'.

"Kami menemukan bahwa 99 persen peserta adalah laki-laki dan ada etnis Han China yang sangat tinggi baik di latar belakang maupun sebagai penari," katanya.

"Kami juga memperhatikan sebenarnya tidak ada kegiatan yang terjadi di dalam gerbang masjid, jadi video-video itu jelas dibuat untuk menipu komunitas internasional."

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Dugaan Kerja Paksa Menyeruak di Pabrik Tenaga Surya di China

Sebuah laporan baru tentang industri tenaga surya China, Jumat (14/5) menuduh Beijing melakukan kerja paksa di pabrik-pabrik yang mengekspor produknya ke seluruh dunia.

Laporan itu menuduh China memaksa etnis Uighur termasuk warga Kazakhstan untuk bekerja di sejumlah pabrik yang memproduksi panel surya dan beberapa produk lainnya.

Mengutip statistik pemerintah China, sejumlah peneliti menyatakan sekitar 2,6 juta orang telah dipekerjakan di seluruh wilayah Xinjiang, yang disebut Beijing sebagai inisiatif "surplus tenaga kerja."

"Permintaan global terhadap energi surya mendorong sejumlah perusahaan China berupaya keras agar pertanggungjawaban atas iklim bisa semurah mungkin," kata laporan Inggris tersebut seperti dikutip dari VOA Indonesia, (15/5/2021).

"Namun, hal itu harus dibayar mahal oleh para pekerja yang berada di hulu rantai pasokan."

Beberapa peneliti bahkan mengungkapkan sejumlah perusahaan yang berusaha menghindari penggunaan suku cadang yang diproduksi dari hasil kerja paksa itu akan mengalami kesulitan.

"Karena mereka terkait dengan prioritas tinggin pemerintah, program ketenagakerjaan wajib ini hampir sama sulitnya untuk dihindari oleh perusahaan seperti halnya para pekerja yang dipaksa untuk bekerja di dalamnya," tulis para peneliti dari Helena Kennedy Center for International Justice pada Universitas Sheffield Hallam.

China menegaskan para pekerja dalam program itu terlibat secara sukarela di sana. Minggu ini seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri menolak tuduhan bahwa kerja paksa digunakan dalam rantai pasokan panel surya, menyebut hal itu fitnah dari sejumlah penentang Beijing.

Akan tetapi industri panel surya China telah mendapat sorotan dan pengawasan internasional selama bertahun-tahun.