Sukses

Studi Baru: Transfusi Plasma Tak Mampu Sembuhkan Pasien COVID-19

National Institute for Health Research (NIHR) tidak menemukan bukti manfaat dari tranfusi plasma yang diklaim mampu sembuhkan pasien COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Dua studi baru yang dilakukan National Institute for Health Research (NIHR) tidak menemukan bukti manfaat dari tranfusi plasma yang diklaim mampu sembuhkan pasien COVID-19. Setelah tertular virus, plasma darah mengandung antibodi yang dapat membantu melawan infeksi.

Sebelumnya, transfusi plasma dari seseorang yang telah sembuh dari virus corona diharapkan dapat meningkatkan hasil untuk pasien COVID-19, seperti dikutip dari laman NIHR.ac.uk, Senin (17/5/2021).

Namun sebagai bagian dari analisis awal data dari 10.406 pasien yang diacak dalam kelompok plasma pemulihan dari studi ini, tidak ada perbedaan yang signifikan yang ditemukan pada titik akhir primer dari kematian 28 hari (18% plasma sembuh vs 18% perawatan biasa saja).

Oleh karena itu, penelitian tersebut sekarang telah menutup rekrutmen kelompok pengobatan plasma untuk semua pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19.

Komite Pemantau Data tidak menemukan bukti yang meyakinkan bahwa perekrutan lebih lanjut akan memberikan bukti konklusif tentang manfaat tranfusi plasma, baik secara keseluruhan atau dalam subkelompok pasien mana pun.

Temuan awal dari uji coba studi bernama REMAP-CAP ini menemukan bahwa mengobati pasien COVID-19 yang sakit kritis dalam perawatan intensif bisa disembuhkan.

Para peneliti tidak menemukan bukti bahaya akibat pengobatan plasma penyembuhan, tetapi berdasarkan analisis awal terhadap 912 pasien, para peneliti sekarang telah menghentikan perekrutan pasien COVID-19 yang sakit parah dalam perawatan intensif untuk kelompok penelitian ini.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penelitian untuk Tujuan Lain

Uji coba terus menganalisis data jika ada bukti manfaat dalam subkelompok, dan melihat apakah pasien yang belum mulai membuat antibodi sendiri masih mendapat manfaat dari pemberian plasma penyembuhan.

Prof Anthony Gordon, Kepala Investigator REMAP-CAP mengatakan: "Meskipun mengecewakan bahwa semua pasien yang sakit kritis tampaknya tidak memperoleh manfaat apa pun, hal ini masih sangat penting untuk diketahui."

"Plasma adalah sumber daya yang berharga, dan kami sekarang dapat terus fokus untuk mengidentifikasikan dengan tepat pasien mana yang paling diuntungkan dari pengobatan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.