Sukses

Sejarah Dukungan AS ke Israel Selama Konflik dengan Palestina dari Waktu ke Waktu

AS telah menunjukkan keberpihakannya kepada Israel di tengah panasnya konflik dengan Palestina.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika jumlah korban tewas di Palestina akibat serangan bom Israel ke Jalur Gaza kian mematikan, kemarahan atas penanganan situasi oleh Presiden AS Joe Biden juga meningkat.

Pada hari yang sama ketika serangan udara Israel menewaskan keluarga di Palestina dan meratakan gedung 11 lantai yang menampung kantor media Al Jazeera dan The Associated Press, serta apartemen perumahan, Biden menegaskan kembali dukungannya untuk Israel, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (18/5/2021). 

Gedung Putih pada Sabtu 15 Mei mengatakan, Biden menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk kedua kalinya sejak krisis dimulai dan "menegaskan kembali dukungan kuatnya untuk hak Israel untuk mempertahankan diri dari serangan roket Hamas dan kelompok teroris lainnya di Gaza."

Sementara menyerukan de-eskalasi, Washington gagal mendesak gencatan senjata segera atau mengucapkan kritik yang ditujukan kepada Israel.

Legislator progresif AS, kelompok advokasi Palestina, dan lainnya mengungkapkan kekecewaan atas kebijakan Biden. Tetapi posisi presiden AS bukan merupakan hal yang baru di antara deretan presiden AS yang telah menunjukkan dukungan hampir tanpa syarat kepada Israel selama masa konflik.

Berikut ini sejarah dukungan AS ke Israel selama konflik dengan Palestina:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 7 halaman

1. Mei 2021

Presiden AS saat ini, Joe Biden telah dua kali mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali komitmennya terhadap "hak untuk mempertahankan diri" Israel terhadap roket yang ditembakkan dari Gaza selama ofensif Israel yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

Pejabat tinggi pemerintahan Biden telah menekankan "dukungan kuat mereka untuk hak Israel untuk mempertahankan diri" sambil mengatakan AS mendorong "de-eskalasi". 

AS juga memblokir pernyataan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akan menyerukan diakhirinya kekerasan.

3 dari 7 halaman

2. Mei 2018

Mantan Presiden AS Donald Trump yang dikenal sebagai pembela setia Israel dan PM Netanyahu, menolak segala upaya untuk mengkritik Israel atas pembunuhan puluhan pengunjuk rasa di Gaza pada Mei 2018.

Orang-orang Palestina berpartisipasi dalam unjuk rasa " Great March of Return " ketika pasukan Israel menembaki kerumunan itu. Kekerasan mematikan itu bertepatan dengan pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem, setelah pemerintahan Trump memindahkannya dari Tel Aviv, sebuah tindakan yang membuat marah warga Palestina.

 “Tanggung jawab atas kematian tragis ini sepenuhnya berada pada Hamas. Hamas sengaja dan sinis memprovokasi respon ini, dan sebagai Sekretaris Negara mengatakan, Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri,” wakil sekretaris pers Gedung Putih, Raj Shah mengatakan pada saat itu.

4 dari 7 halaman

3. Juli-Agustus 2014

Israel melakukanpemboman udara di Jalur Gaza selama 10 hari pada Juli 2014 sebelum melancarkan serangan darat ke wilayah tersebut. Pada 18 Juli, Presiden AS saat itu Barack Obama mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah "menegaskan kembali dukungan kuat [nya] untuk hak Israel untuk mempertahankan diri" dalam sebuah panggilan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. 

"Tidak ada negara yang boleh menerima roket yang ditembakkan ke perbatasannya, atau teroris yang menerobos masuk ke wilayahnya," kata Obama.

"Saya juga menjelaskan bahwa Amerika Serikat, dan teman serta sekutu kami, sangat prihatin tentang risiko eskalasi lebih lanjut dan hilangnya nyawa yang lebih tidak bersalah," kata Obama. 

Lebih dari 1.500 warga sipil Palestina, termasuk lebih dari 500 anak, tewas dalam operasi militer Israel di Gaza, menurut PBB.

5 dari 7 halaman

4. November 2012

Lebih dari 100 warga sipil Palestina tewas ketika Israel melancarkan serangan militer di Gaza pada November 2012 setelah membunuh komandan militer Hamas Ahmed Jabari.

Obama sekali lagi membela tindakan Israel: “Tidak ada negara di dunia yang akan mentolerir peluru kendali yang menghujani warganya dari luar perbatasannya. Jadi kami sepenuhnya mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri dari rudal yang mendarat di rumah orang-orang."

 

6 dari 7 halaman

5. Desember 2008-Januari 2009

Serangan Israel di Gaza, dijuluki "Operasi Cast Lead", dimulai pada pagi hari tanggal 27 Desember 2008.

Ketika diumumkan lebih dari 22 hari kemudian, tembakan Israel telah menewaskan sekitar 1.400 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, dan meratakan sebagian besar wilayah ke tanah, kata Amnesty International.

Tetapi pada 2 Januari, Presiden AS saat itu George W Bush yang kala itu sudah menapaki ujung masa pemerintahannya, menyalahkan situasi pada Hamas.

"Ledakan kekerasan baru-baru ini dipicu oleh Hamas - kelompok teroris Palestina yang didukung oleh Iran dan Suriah yang menyerukan penghancuran Israel," kata Bush, seperti dilansir NBC News saat itu.

Dia juga mengatakan gencatan senjata "yang mengarah pada serangan roket ke Israel tidak dapat diterima".

7 dari 7 halaman

Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina