Liputan6.com, Gaza - Israel Defence Forces (IDF) masih terus menggempur Gaza. Jumlah korban tewas di Palestina sudah tembus 200 orang.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengaku belum tahu kapan Israel akan berhenti menyerang Gaza. Sebab, pengalaman terdahulu menunjukan operasi militer bisa berlanjut cukup lama.
Advertisement
Baca Juga
"Kami tidak berdiri dengan stopwatch. Kami ingin meraih goal-goal dengan operasi ini. Operasi-operasi sebelumnya berlangsung dalam waktu sangat lama, jadi tidak mungkin untuk memiliki timeframe," ujar PM Netanyahu seperti dilaporkan Arab News, Rabu (19/5/2021).
Sejauh ini, korban meninggal di Israel selama krisis Mei 2021 berlangsung telah mencapai 12 orang.
IDF sering mengklaim hanya menyerang fasilitas-fasilitas milik Hamas, akan tetapi banyak korban sipil yang ikut tewas, termasuk anak-anak. Fasilitas kesehatan juga rusak, salah satunya klinik milik Dokter Lintas Batas.
Bangunan dan tempat tinggal juga banyak yang hancur. PBB berkata 52 ribu orang Palestina diungsikan. Sekjen PBB Antonio Guterres juga meminta agar gencatan senjata segera dilakukan.
Klinik Dokter Lintas Batas di Gaza Juga Hancur
Dokter Lintas Bantas (Médecins sans Frontières) ikut mengecam serangan udara Israel ke Gaza. Serangan itu turut menewaskan anak-anak dan merusak fasilitas klinik MSF.
Seorang staf MSF yang hadir menggambarkan pemandangan yang sangat mengerikan saat ledakan besar mengguncang lingkungan dan wanita serta anak-anak berlari ke jalan sambil berteriak dan menangis.
"Situasinya sudah sangat buruk minggu ini, dengan jumlah korban sipil meningkat setiap hari,tetapi ketika saya melihat kerusakan di daerah tersebut dan klinik MSF pada pagi hari setelahserangan, saya tidak bisa berkata-kata,” kata dr. Mohammed Abu Mughaiseeb, Wakil Koordinator Medis MSF di Gaza, Palestina dalam pernyataan resmi MSF Indonesia, ditulis Rabu (19/5).
Tak ada yang tewas dalam serangan ke klinik MSF, namun fasilitas seperti ruang sterilisasi dan ruang tunggu menjadi rusak.
"Semuanya terkena dampak - rumah, jalan, pepohonan. Klinik, di mana kami melihat lebih dari 1000 anak setiap tahun dengan luka bakar dan luka trauma,kehilangan dinding dan puing-puing berserakan di mana-mana. Klinik tersebut sekarang ditutup bukan hanya karena kerusakan strukturnya tetapi juga karena jalan masuknya telah hancur dan karena daerah tersebut masih belum aman."
Akses ke perawatan kesehatan untuk korban dengan luka yang mengancam jiwa sangat dibatasi karena serangan udara Israel telah merusak banyak jalan menuju rumah sakit. Selain itu, banyak staf medis yang mengkhawatirkan keselamatan mereka saat dalam perjalanan ke tempat kerjadan beberapa persediaan medis menipis. Dua dokter termasuk di antara 42 orang yang tewas dalam serangan udara di dekat klinik MSF.
Advertisement