Liputan6.com, Jakarta - Konflik di Timur Tengah telah memicu kebuntuan diplomatik di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) antara Prancis dan Amerika Serikat. Ini merupakan ketegangan terbuka pertama antara kedua sekutu sejak Joe Biden mengambil alih kekuasaan.
Meskipun mendapat tentangan dari Amerika Serikat, Prancis mengajukan rancangan lain resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan diakhirinya permusuhan antara Israel dan Palestina, serta akses kemanusiaan ke Jalur Gaza. Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia, Kamis (20/5/2021).Â
Advertisement
Baca Juga
AS telah berulang kali memveto resolusi serupa dalam beberapa hari terakhir, dengan mengatakan pihaknya sedang mengejar jalan lain untuk menyelesaikan krisis.
Proposal terbaru Prancis yang diumumkan dalam sebuah pernyataan dari Paris pada Selasa malam, dengan cepat mendapat tanggapan tegas dari Amerika Serikat. Pihak AS menandakan akan menggunakan hak vetonya lagi jika diperlukan.
Seorang juru bicara AS di PBB mengatakan kepada AFP "kami fokus pada upaya diplomatik intensif yang sedang dilakukan untuk mengakhiri kekerasan dan bahwa kami tidak akan mendukung tindakan yang kami yakini merusak upaya untuk menurunkan ketegangan."
Pada saat yang sama, Biden mengumumkan bahwa dia telah secara langsung mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa dia mengharapkan "penurunan yang signifikan" pada hari Rabu - menyoroti pendekatan yang kontras terhadap konflik tersebut.
Perselisihan AS-Prancis
Prancis tidak menyarankan tanggal pemungutan suara untuk resolusi yang diusulkan, dan draf teks tersebut tampaknya belum diedarkan secara luas di antara 15 anggota Dewan Keamanan.
Taktik tersebut menimbulkan dugaan bahwa itu adalah upaya untuk meningkatkan tekanan pada AS - atau untuk menggarisbawahi bahwa Biden tidak memenuhi janjinya untuk memiliki pendekatan yang lebih multilateral dalam urusan internasional daripada pendahulunya Donald Trump.
"Ini agak aneh mengingat harapan yang kami semua miliki agar Amerika kembali ke diplomasi multilateral," kata seorang duta besar PBB kepada AFP tanpa menyebut nama.
 "Kami juga berpikir bahwa Amerika Serikat akan menunjukkan relevansi Dewan Keamanan dalam situasi seperti ini."
Yang lain mengatakan bahwa "kami hanya meminta AS untuk mendukung pernyataan Dewan Keamanan yang akan mengatakan hal-hal serupa yang dikatakan secara bilateral dari Washington."
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan kepada parlemen pada hari Rabu bahwa "posisi Amerika akan sangat menentukan ... Memang benar bahwa kita telah melihat Amerika Serikat sedikit di belakang semua ini."
Ketegangan yang nyata antara Prancis dan Amerika Serikat dapat meninggalkan jejak dan memengaruhi masalah lainnya.
Kedua negara juga tidak setuju minggu ini tentang apakah akan memberikan bantuan kepada pasukan anti-jihadis G5 Sahel.
Prancis, yang sangat terlibat secara politik dan militer di wilayah tersebut, telah berkampanye selama bertahun-tahun untuk mendapatkan dukungan keuangan, logistik dan operasional dari PBB kepada 5.000 tentara yang kurang perlengkapannya, yang disediakan oleh Niger, Chad, Mauritania, Mali dan Burkina Faso.
Pemerintahan Trump dengan tegas menolak, dan Prancis mengharapkan lebih banyak dukungan setelah Biden menjabat pada Januari.
Namun AS kembali menentang sikap Prancis, malah mendukung bantuan bilateral.
Advertisement