Liputan6.com, New Delhi - India mengincar target vaksinasi yang lebih tinggi dan lebih luas untuk mengatasi gelombang kedua pandemi virus Corona COVID-19, tetapi komunitas transgender di negara itu masih merupakan kelompok yang terpinggirkan dalam prosesnya.
Dhananjay Chauhan, seorang aktivis transgender terkemuka dari Chandigarh, India, mendapat suntikan vaksin pertamanya bulan lalu. Sebetulnya ia ragu menjalaninya karena merasa mendapat perlakuan diskriminatif, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (21/5/2021).
Dalam formulir yang harus diisinya sewaktu mendaftarkan diri, perempuan transgender ini harus memilih jenis kelaminnya: perempuan, laki-laki, atau lainnya. Ia enggan mencontreng kolom “lainnya”, namun tidak mempunyai pilihan.
Advertisement
"Saya bukan lainnya," katanya.
"Mengapa mereka tidak memberi pilihan transgender, dan bukan lainnya? Ini sangat menyedihkan."
Formulir hanyalah salah satu dari banyak persoalan yang menghalangi transgender India menjalani vaksinasi. Selain sering dilecehkan di banyak kesempatan, kebanyakan dari mereka mendapatkan informasi yang keliru, tidak mempunyai KTP resmi pemerintah dan tidak memiliki akses yang memadai ke internet
WHO: 46 Persen Kasus COVID-19 Global Terjadi di India
Sementara itu, kasus COVID-19 di India masih jadi ancaman.
India menyumbang 46 persen dari kasus COVID-19 baru yang tercatat di seluruh dunia minggu lalu dan satu dari empat kematian, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Lonjakan virus corona di India, termasuk varian baru yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di sana, telah menyebabkan rumah sakit kehabisan tempat tidur dan oksigen, serta kamar mayat dan krematorium meluap. Demikian seperti mengutip Channel News Asia.
Banyak orang meninggal di ambulans dan tempat parkir mobil karena terlalu lama menunggu tempat tidur atau oksigen.
Advertisement