Sukses

Studi Sebut Vaksin Pfizer dan AstraZeneca Efektif Lawan Beberapa Varian COVID-19

Dua dosis vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca sama efektifnya untuk melawan varian pertama yang ditemukan di India.

Liputan6.com, London - Dua dosis vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca sama efektifnya untuk melawan varian pertama yang ditemukan di India dan varian pertama yang ditemukan di Inggris, menurut sebuah studi yang diumumkan oleh Kesehatan Masyarakat Inggris pada Sabtu (22/5).

Studi itu mendapati bahwa vaksin Pfizer 88% efektif melawan B.1.617.2 atau varian India, dan 93% efektif melawan B.1.1.7 yang dijuluki varian Kent. Vaksin AstraZeneca 60% efektif melawan varian India dan 66% efektif melawan varian Inggris, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (24/5/2021).

Dalam kedua kasus, efektivitasnya diukur dua minggu setelah suntikan kedua dan terhadap penyakit bergejala. Varian Kent dominan di Inggris, tapi para pejabat kesehatan mengkhawatirkan varian India mungkin akan mendominasi.

Di Inggris, otorita kesehatan telah menjarakkan waktu antar kedua dosis hingga tiga bulan, supaya bisa memberikan vaksin kepada lebih banyak orang dan menyetop penyebaran virus corona.

Tapi, untuk mengatasi varian-varian itu, dua suntikan lebih baik daripada satu.

Maka, bagi orang-orang yang rentan secara klinis atau mereka yang berusia 50 tahun ke atas, periode antara kedua suntikan itu akan dikurangi menjadi delapan minggu.

 

2 dari 2 halaman

India laporkan kenaikan kasus harian virus corona sebanyak 240.842

India pada Minggu melaporkan 240.842 infeksi baru COVID-19 selama 24 jam terakhir dan kematian meningkat 3.741.

Total infeksi di negara itu mencapai 26,5 juta sedangkan jumlah kematian total negara itu pada 299.266, menurut data dari kementerian kesehatan.

India memimpin dunia dalam jumlah rata-rata harian kematian baru yang dilaporkan, terhitung satu dari setiap tiga kematian yang dilaporkan di seluruh dunia setiap hari, menurut hitungan Reuters.

Lonjakan tajam penularan COVID-19 di India dipicu oleh pertemuan keagamaan yang berlangsung di Sungai Gangga dan berkumpulnya massa dalam protes politik warga kepada pemerintah.

Ketika rekor kasus infeksi yang berlangsung berturut-turut selama beberapa hari, India kekurangan oksigen dan tempat hunian di kamar darurat dipenuhi pasien. Lonjakan kematian akibat COVID juga menyebabkan India kekurangan kayu bakar untuk mengkremasi jasad korban COVID-19.