Liputan6.com, Beirut - Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari, berbincang mengenai isu panas di timur tengah, yakni ketegangan antara Israel dan Palestina.Â
Lebanon merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Israel, sehingga Dubes Hajriyanto bisa memantau langsung dinamika yang terjadi antara bangsa Arab dan Israel. Â
Advertisement
Baca Juga
Dubes Hajriyanto juga mengungkap peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai anggota penjaga perdamaian di perbatasan Lebanon-Israel.Â
Semua itu diungkap Dubes Hajriyanto dalam wawancara khusus The Ambassador pada Senin (24/5/2021), dari Beirut. Berikut ini wawancara dengan Hajriyanto Y. Thohari yang juga merupakan mantan Wakil Ketua MPR RI:
Hubungan Lebanon-Israel
Liputan6: Banyak orang terutama WNI yang punya saudara, keluarga di Lebanon mengkhawatirkan kondisi WNI di sana. Sebetulnya kondisi Lebanon terkait ketegangan antara Israel dan Palestina sampai saat ini seperti apa?
Dubes Hajriyanto: Perlu diketahui bahwa bangsa Lebanon adalah bangsa Arab yang bagaimanapun juga itu sesama bangsa Arab, dan bangsa Palestina, dan juga dengan bangsa-bangsa Arab di negara-negara Arab lain yang berjumlah 22 negara.
Jadi meskipun ada perbedaan-perbedaan politik dalam berhubungan dengan Israel, karena ada yang sudah membuka hubungan diplomatik, tapi sebagian terbanyak itu belum dari 22 negara Arab. Ada enam negara Arab yang sudah memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi perasaan sebagai satu bangsa, yaitu bangsa Arab, itu tetap sangat tinggi di antara bangsa-bangsa di 22 negara itu, termasuk di dalamnya Lebanon.
Bangsa Lebanon juga memberikan agresi yang cukup keras terhadap agresi yang dilakukan Israel terhadap Jalur Gaza yang sebelumnya didahului kerusuhan di Masjidil Aqsa di kota Yerusalem. Demo-demo juga berlangsung di berbagai tempat di Lebanon, bahkan pernah terjadi serombongan demonstrasi melompati pagar yang memisahkan Lebanon dengan Israel ... sebuah dinding tinggi tebal yang sangat kuat yang kemudian beberapa orang pendemo bisa memasuki wilayah Israel, tapi kemudian kena tembakan dari tentara Israel.
Yang kedua juga sempat terjadi peluncuran roket dari Lebanon selatan yang berbatasan dengan Israel yang memasuki wilayah Israel, sehingga demikian sempat terjadi aksi pembalasan yang waktu itu juga sempat situasi cukup tidak aman, berbahaya, bahkan aparat Tentara Nasional Indonesia, yang bertugas di dalam kontingen perdamaian peacekeeper di Lebanon selatan, itu juga sempat mengamankan diri mereka karena kemungkinan situasi yang agak eksplosif.
Advertisement
Kabar WNI di Lebanon
Tapi sejauh ini warga negara Indonesia aman, tidak terjadi apapun pada mereka, dan juga alhamdulillah warga negara Indonesia tidak ada yang ikut melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan demonstrasi karena perasaan berada di negeri orang yang sebaiknya tidak mengikuti aksi-aksi di negeri orang.
Sejauh ini warga negara Indonesia aman. Tidak terjadi apapun pada mereka. Dan juga alhamdulilah warga negara Indonesia tidak ada yang ikut melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan demonstrasi karena perasaan berada di negeri orang yang sebaiknya memang tidak mengikuti aksi-aksi di negeri orang.
Imbauan kami tidak semata-mata untuk tidak kepada warga negara indonesia untuk tidak terlibat aksi-aksi demo, tetapi lebih kepada menghindari kerumunan-kerumunan karena angka kasus baru COVID-19 di Lebanon juga masih sangat tinggi.
Mungkin situasi dan keadaannya berbeda kalau tidak ada COVID-19, mungkin warga negara Indonesia, terutama para mahasiswa karena banyak juga mahasiswa Indonesia yang studi di Beirut, mungkin juga ikut berpartisiaspi dalam aksi-aksi memprotes Israel. Tapi karena situasinya masih dalam suasana pandemi ini, mereka menaati imbauan kami untuk menjauhi kerumunan-kerumunan yang berpotensi menimbulkan klaster baru.
Terkait Eksodus dan Peran TNI Menjaga Perdamaian
Liputan6:Â Bagaimana respons pemerintah Lebanon terkait isu Israel-Palestina, dan apakah ada eksodus warga dari Palestina ke Lebanon?
Dubes Hajriyanto:Â Untuk kasus yang terakhir ini tidak ada, tetapi seperti diketahui bahwa jumlah pengungsi Palestine di Lebanon yang berdatangan sejak awal berdirinya Israel, yaitu terjadinya peristiwa Nakba pada 1940-an, khususnya 1948, itu pengungsi Palestina di Lebanon jumlahnya cukup besar, hampir setengah juta.
Jadi 460 ribu sekian itu pengungsi Palestina yang sekarang sudah banyak yang generasi kedua bahkan ketiga yang mereka mengungsi ke Lebanon karena tanah-tanah dan rumah-rumah mereka memang diduduki oleh warga baru, yaitu warga negara atau penduduk Israel. Dan mereka sampai hari ini mereka belum kembali ke tanah airnya.
Yang kedua, Lebanon tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, bahkan termasuk salah satu negara Arab yang masih dalam kondisi penuh ketegangan, eksplosif dengan Israel, dan justru karena itu maka PBB menempatkan pasukan penjaga perdamaian di selatan Lebanon, perbatasan dengan Israel.
41 negara mengirimkan pasukannya, dan Indonesia merupakan negara pengirim pasukan pemelihara perdamaian terbesar di Lebanon. Ada sekitar 1.323 pasukan Indonesia, personel Indonesia, bahkan dilengkapi dengan kapal perang yang sekarang bertugas di perairan Lebanon, di Mediterania, berbatasan dengan perairan Israel adalah KRI Sultan Iskandar muda dengan 120 personel.
Sebuah kapal perang yang cukup besar dan gagah sekali. Lengkap dengan helikopter yang selalu patroli di Mediterania. Walhasil, situasi Lebanon dan Israel masih sangat panas dan eksplosi karena masih dijaga pasukan 9.500 semuanya, hampir 10 ribu dari 41 negara.
Dan Lebanon juga masih memiliki kawasan pertanian yang sangat subur yang direbut Israel sejak tahun 1967 yang hingga kini belum berhasil direbut atau dikembalikan. Alhasil, hubungan Lebanon dengan Israel masih sangat eksplosif. Karena itu Lebanon memberikan dukungan yang sangat kuat kepada perjuangan bangsa Palestina. Dan bisa diketakan Lebanon dan Israel ini bermusuhan cukup sengit. Itu kemungkinan terjadinya keadaan perang juga sangat besar, oleh karena itu warga negara Indonesia butuh kehati-hatian dan kewaspadaan.Â
Advertisement
Vaksinasi COVID-19 Bagi WNI
Liputan6: Seperti apa kondisi WNI selama pandemi COVID-19? Dan bagaimana vaksinasi di Lebanon saat ini?
Dubes Hajriyanto: Yang pertama, kasus baru COVID-19 di Lebanon masih cukup tinggi, meskipun sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Jadi angka masih berkisar 350-500 kasus baru setiap hari, dan itu mengalami penurunan yang cukup signifikan dari angka ribuan, bahkan pernah mencapai 4.500, hampir 5.000 setiap harinya. Dan beberapa kali, Lebanon mengambil dan menetapkan kebijakan negara dalam keadaan lockdown. Jadi penguncian total.
Terutama dalam momentum hari-hari raya, seperti hari raya Paskah, Idul Fitri, dilakukan lockdown beberapa hari dalam rangka mencegah menyebar penyebaran itu.
Yang kedua, alhamdulillah hari ini warga negara Indonesia tidak ada satu pun yang terkena kasus COVID-19. Memang pada beberapa bulan yang lalu, pada akhir 2020, pada bulan November, Desember, sampai Januari 2021, warga negara Indonesia sempat terkena terpapar COVID itu sempat menjapai 108 warga Indonesia. Dari sekitar 1.550-an warga Indonesia, sempat 108 terkena.
Tapi alhamdulillah dari 108 itu hanya tujuh yang cukup serius, tapi alhamdulillah sembuh, dan kemudian terbebas dari virus. Alhamdulillah, sampai hari ini tidak ada kasus baru yang menimpa warga Indonesia.
Ketiga, vaksinasi ini yang sedang kami risaukan karena sampai hari ini warga negara Indonesia, juga termasuk staf KBRI, belum mendapatkan vaksinasi. Kami memang memiliki perjanjian timbal balik, resiprokal, tapi sampai hari ini kita masih dalam daftar tunggu untuk mendapatkan vaksinasi. Kami masih berharap-harap cemas kapan ini kita akan mendapat giliran vaksinasi.
Sementara aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas menjadi pemelihara pasukan perdamaian, sudah mulai mendapatkan vaksinasi dari PBB tapi sekarang baru berjalan, tapi belum tuntas saja. Mohon doa dan dukungan mudah-mudahan rakyat Indonesia di Lebanon dapat segara mendapat perhatian untuk mendapat vaksinasi.