Liputan6.com, Jakarta - Perdana menteri perempuan pertama Samoa, Fiame Naomi Mata'afa dilantik di sebuah tenda setelah dia dikunci dari parlemen oleh pesaingnya, yang menolak untuk mundur.
Mata'afa (64) menyampaikan sumpah jabatannya di tenda yang terletak di taman parlemen, meninggalkan ketidakpastian tentang siapa yang memimpin negara kepulauan Pasifik itu.
Tuilaepa Sailele Malielegaoi, yang telah menjabat sebagai Merdana Menteri Samoa selama 22 tahun, telah mengabaikan perintah pengadilan untuk mundur setelah Mata'afa diumumkan memenangkan pemilu.
Advertisement
Mata'afa, tiba di parlemen pada Senin 24 Mei dengan harapan akan dilantik.
Tetapi mantan wakil perdana menteri itu, yang tiba bersama ketua pengadilan, mendapati dirinya dilarang masuk ke gedung parlemen, yang telah dikunci oleh sekutu Malielegaoi sebelum kedatangannya.
Sebaliknya, Mata'afa dan anggota partai Faatuatua i le Atua Samoa ua Tasi (Fast) berkumpul di tenda yang berada di taman parlemen, di Ibu Kota Apia, dengan para pendukungnya dilantik.
"Demokrasi harus menang, selalu. Tidak ada pengecualian dari prinsip fundamental ini. Mereka yang mengklaim sebaliknya dan bertindak bermain dengan api," kata Partai Fast dalam pernyataannya, seperti dilansir BBC, Selasa (25/5/2021).
Di sisi lain, pihak Malielegaoi menolak hasil pelantikan itu dan menganggap pelantikan tersebut tidak resmi, juga menyebutnya "ilegal dan melanggar hukum".
Isu ini muncul sebulan setelah pemilihan umum yang berlangsung paling dekat dalam sejarah Samoa, yang diikuti oleh perselisihan dan tantangan hukum.
Mahkamah Agung Samoa Dukung Hasil Pemilu
Malielegaoi's Human Rights Protection Party (HRPP) digulingkan dari kekuasaan setelah empat dekade oleh partai Fast yang mewakilkan Mata'afa.
Kedua partai memenangkan 25 kursi, tetapi seorang anggota parlemen independen memutuskan hubungan tersebut untuk mendukung Partai Fast.
Hal itu mengarah pada manuver hukum oleh HRPP, yang mengklaim lawan-lawannya tidak memenuhi kuota anggota parlemen perempuan dengan tepat.
Komisi pemilihan Samoa mencabut hasil pemungutan suara pada April 2021 dan menyerukan pemilihan baru untuk 21 Mei.
Tetapi lima hari sebelum pemilihan ulang, mahkamah agung memutuskan untuk tidak mendukung klaim HRPP, dan mendukung kembali hasil pemilihan dan memerintahkan pelantikan Mata'afa untuk dilanjutkan.
Setelah 22 tahun bertugas, Malielegaoi adalah perdana menteri terlama kedua di dunia.
Setelah menjabat sebagai wakil perdana menteri perempuan pertama Polinesia, keberhasilan Mata'afa dalam pemilihan umum menjadikannya satu-satunya perempuan kedua di wilayah tersebut yang memimpin pemerintahan.
Mata'afa adalah putri perdana menteri pertama Samoa, dan telah aktif secara politik sejak pertengahan 1980-an.
Advertisement