Liputan6.com, Wuhan - Tiga peneliti dari Institut Virologi Wuhan (Wuhan Institute of Virology/WIV) China terungkap mencari perawatan di rumah sakit pada November 2019, beberapa bulan sebelum Negeri Panda itu mengungkap pandemi COVID-19, demikian lapor Wall Street Journal pada Minggu 23 Mei 2021, mengutip laporan intelijen AS yang sebelumnya dirahasiakan.
Surat kabar tersebut mengatakan, laporan itu - yang memberikan rincian baru tentang jumlah peneliti yang terkena dampak, waktu penyakit mereka, dan kunjungan ke rumah sakit - dapat menambah bobot seruan untuk penyelidikan yang lebih luas apakah virus COVID-19 bisa lolos dari laboratorium.
Mengutip Channel News Asia, Selasa (25/5/2021), laporan itu mengemuka pada malam pertemuan badan pembuat keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang diperkirakan akan membahas tahap penyelidikan selanjutnya tentang asal-usul COVID-19.
Advertisement
Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional PBB sejauh ini belum mengomentari laporan Wall Street Journal, tetapi mengatakan pemerintahan Biden terus memiliki "pertanyaan serius tentang hari-hari awal pandemi COVID-19, termasuk asal-usulnya di China".
Dia mengatakan pemerintah AS sedang bekerja dengan WHO dan negara anggota lainnya, untuk mendukung evaluasi berbasis ahli tentang asal-usul pandemi "yang bebas dari campur tangan atau politisasi".
"Kami tidak akan membuat pernyataan yang merugikan studi WHO yang sedang berlangsung ke dalam sumber SARS-CoV-2, tetapi kami sudah jelas bahwa teori yang masuk akal dan secara teknis dapat dipercaya harus dievaluasi secara menyeluruh oleh para ahli internasional," kata jubir tersebut.
Wall Street Journal mengatakan pejabat saat ini dan mantan yang akrab dengan intelijen tentang peneliti laboratorium mengungkapkan berbagai pandangan tentang kekuatan bukti pendukung laporan, dengan satu orang yang tidak disebutkan namanya mengatakan itu membutuhkan "penyelidikan lebih lanjut dan pembuktian tambahan".
Dari Mana Asal COVID-19?
Amerika Serikat, Norwegia, Kanada, Inggris, dan negara-negara lain pada bulan Maret menyatakan keprihatinan tentang studi asal-usul COVID-19 yang dipimpin WHO. Mereka juga menyerukan penyelidikan lebih lanjut dan akses penuh ke semua data terkait manusia, hewan, dan lainnya tentang tahap awal wabah virus.
Washington ingin memastikan kerja sama dan transparansi yang lebih besar oleh China, menurut sumber yang mengetahui upaya tersebut.
Kedutaan Besar China di Washington sejauh ini belum menanggapi permintaan komentar pada hari Minggu.
Pada hari Minggu, kementerian luar negeri China mencatat bahwa tim yang dipimpin WHO telah menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin terjadi setelah kunjungan pada bulan Februari ke Institut Virologi Wuhan.
"AS terus menggembar-gemborkan teori kebocoran laboratorium," kata kementerian itu menanggapi permintaan komentar dari Wall Street Journal. "Apakah itu benar-benar peduli tentang melacak sumber atau mencoba mengalihkan perhatian?"
Pemerintahan Trump mengatakan pihaknya mencurigai virus itu mungkin telah kabur dari laboratorium China, yang dibantah oleh Beijing.
Lembar fakta Departemen Luar Negeri AS yang dirilis menjelang akhir pemerintahan Trump mengatakan "pemerintah AS memiliki alasan untuk percaya bahwa beberapa peneliti di dalam WIV jatuh sakit pada musim gugur 2019, sebelum kasus wabah pertama yang diidentifikasi, dengan gejala yang konsisten dengan kedua COVID-19 dan penyakit musiman yang umum ". Tidak disebutkan berapa banyak peneliti.
China menolak memberikan data mentah tentang kasus awal COVID-19 kepada tim yang dipimpin WHO yang menyelidiki asal-usul pandemi, menurut salah satu penyelidik tim, lapor Reuters pada Februari. Hal itu berpotensi mempersulit upaya untuk memahami bagaimana wabah itu dimulai.
Advertisement