Sukses

China Tawarkan Bantuan Vaksin COVID-19 ke Taiwan

Taiwan sebelumnya menuduh China menyebarkan berita palsu dan mencoba membatasi aksesnya ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Liputan6.com, Taipei - China pada Senin (24 Mei 2021) menawarkan bantuan vaksin COVID-19 ke Taiwan untuk memerangi peningkatan tajam infeksi COVID-19.

Tawaran ini dilakukan di tengah gesekan Beijing dan Taipei serta Washington, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (25/5/2021).

Taipei sebelumnya menuduh Beijing menyebarkan berita palsu dan mencoba membatasi aksesnya ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sementara Beijing mengatakan Taipei berusaha mempolitisasi pandemi untuk keuntungan politik.

Setelah berbulan-bulan relatif aman dari pandemi, Taiwan menghadapi lonjakan kasus COVID-19 dan dengan cepat kehabisan vaksin.

Taiwan dilaporkan hanya menerima 700.000 vaksin hingga saat ini, dari 23 juta jumlah penduduknya.

China mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan epidemi yang saat ini mulai muncul di Taiwan, mencatat bahwa pihaknya telah berulang kali menawarkan bantuan ke pulau itu.

Di sisi lain, ada sejumlah kelompok tertentu di Taiwan yang telah menyerukan pembelian vaksin China.

"Sikap kami sangat jelas: Kami bersedia membuat pengaturan dengan cepat sehingga sebagian besar rekan senegaranya di Taiwan akan memiliki vaksin untuk digunakan secepat mungkin," kata pihak China.

"Jika perlu, kami juga bersedia untuk secara aktif mempertimbangkan pengiriman ahli pencegahan dan pengendalian epidemi ke Taiwan, untuk berbagi pengalaman anti-epidemi dengan profesional medis dan kesehatan Taiwan."

 

2 dari 2 halaman

Hambatan

Taiwan telah berulang kali mengatakan tidak mempercayai vaksin China, dan marah pada Beijing yang dianggap menghalangi aksesnya ke WHO.

Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan kepada Reuters bahwa "kemitraan yang kuat pada COVID-19" antara Washington dan Taipei akan terus berlanjut.

Pihaknya juga menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat akan memberikan setidaknya 80 juta dosis di seluruh dunia pada akhir Juni, lebih dari China atau Rusia.

"Yang penting, suntikan kami tidak datang dengan pamrih," kata pejabat itu, tanpa memberikan rincian tentang berapa banyak dosis yang mungkin didapat Taiwan.

"Kami berbagi vaksin dengan dunia, dan memimpin dunia dalam strategi vaksin global karena itu hal yang benar untuk dilakukan," kata pejabat itu.

China, Rusia, dan Amerika Serikat telah berusaha untuk meningkatkan pengaruh geopolitik negara mereka melalui apa yang disebut diplomasi vaksin, meskipun pemerintah China telah berulang kali membantah bahwa mereka menggunakan suntikan vaksin untuk mendapatkan keuntungan diplomatik.

China memandang Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Partai Progresif Demokratiknya yang berkuasa sebagai separatis yang bertekad secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan pulau itu.

Tsai mengatakan, China tidak memiliki hak untuk berbicara atas nama Taiwan dan telah mengecamnya atas peningkatan aktivitas militer di dekat pulau itu selama setahun terakhir.