Sukses

Dubes Zuhair Al-Shun: Palestina Butuh Dukungan Internasional untuk Merdeka dari Israel

Seperti apa kondisi pasca-gencatan senjata tersebut dan bagaimana solusi untuk kemerdekaan Palestina sejauh ini?

Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan kekerasan dan serangan baru-baru ini antara orang Israel dan Palestina sebelum gencatan senjata pada Jumat 21 Mei 2021 telah membawa perhatian baru pada masalah lama. Akar konflik dan ketidakpercayaan itu dalam dan kompleks, sering kali mendahului berdirinya negara Israel pada tahun 1948.

Selama tujuh dekade terakhir kedua belah pihak telah menyaksikan perang, pemberontakan dan, terkadang, secercah harapan untuk kompromi, meski akhirnya kembali pecah konflik.

Kekerasan saat ini dimulai dengan serangkaian konflik di Yerusalem, Israel dan kelompok Hamas akhirnya menyepakati gencatan senjata, yang diharapkan dapat segera menghentikan konflik di Palestina. 

Hingga kini, lebih dari 240 orang telah tewas dalam aksi serangan tersebut. 

Seperti apa kondisi pasca-gencatan senjata tersebut dan bagaimana solusi untuk kemerdekaan Palestina sejauh ini?

Berikut jawabannya diungkap Dubes Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun dalam wawancara khusus The Ambassador Liputan6.com berikut ini:

Liputan6.com:

Bagaimana situasi terkini tentang situasi di Gaza, Yerusalem dan Tepi Barat, terutama setelah gencatan senjata yang diputuskan beberapa waktu lalu?

Dubes Zuhair Al-Shun:

 

Pertama-tama saya ucapkan “selamat pagi kepada semua”, dan “Assalamualaikum Warahmatullalahi Wabarakatu”

Saya sangat senang akan berbagi kabar tentang situasi dan keadaan di Palestina, khususnya di Yerusalem, Tepi Barat, dan Gaza serta wilayah Sheikh Jarrah.

Saya akan menyampaikan pendapat saya dalam bahasa Arab dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Bisa saya jelaskan sekarang, situasi dan kondisi yang ada di Yerusalem dan juga di West Bank, Tepi Barat. Bahwasanya setelah terjadi gencatan senjata situasinya agak sunyi.

Kemudian di sisi lain, ada gerakan diplomatis oleh kementerian luar negeri Amerika dengan melakukan kunjungan ke beberapa negara seperti Mesir, Yordan kemudian bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel Netanyahu.

Dan diinginkan dengan gerakan diplomatik ini, dalam rangka menghentikan pertumpahan darah dan juga serangan Isreal yang sudah ada terjadi sejak tahun 1967. 

 

Liputan6.com:

Apa masalah utama yang menjadi penyebab meletusnya konflik antara Israel atau Palestina beberapa waktu lalu? Apakah kericuhan di Al-Aqsa selama bulan Ramadan kemarin, atau mungkin konflik di Kawasan Sheikh Jarrah, atau mungkin ada hal lain yang kami belum tahu dan perlu ketahui?

Dubes Zuhair Al-Shun:

Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwasanya permasalahan yang ada di Sheikh Jarrah, yang ada di Masjid Al-Aqsa atau pun keadaan sulit yang selalu menimpa masyarakat Palestina. Ini disebabkan oleh adanya penjajahan Israel atas Palestina.
Dan apabila penjajahan ini hilang, maka semua bentuk kericuhan dan penindasan itu akan hilang. Ini pun yang menyebabkan adanya gerakan masyarakat umum untuk melawan penjajahan ini.
Dan yang kami tekankan lagi bahwasanya masalah utama ini adalah penjajahan Israel atas Palestina. Dan apabila penjajahan ini hilang, maka akan nada keamanan yang tericpta di Palestina.

 

Liputan6.com:

Terkait krisis yang terjadi secara intensif selama 11 hari, banyak pihak yang mengutuk termasuk PBB dan Indonesia. Apakah aksi kecaman itu cukup untuk membantu Palestina dalam hal ini?

Dubes Zuhair Al-Shun

Kami mendengar penolakan masyarakat internasional bahkan dari pihak Indonesia. Kami sangat menghargai apa yang dilakukan masyarakat Indonesia dan dunia. Tetapi bahwasanya mental Israel akan selalu tidak ingin perdamaian.
Maka dari itu kami mengharap masyarakat internasional, dalam rangka memberikan hak-hak warga Palestina, yaitu dengan mengadakan seperti blokade produk Israel dan sebagainya. Karena bisa kami katakan bahwasanya kecaman atas serangan Israel cukup, tetapi harus ada langkah maju yang lain yang nyata demi rakyat Palestina mendapatkan hak-haknya.

Liputan6.com:

Joe Biden mengatakan Israel memiliki hak untuk membela diri. Bagaimana pandangan terhadap hal tersebut?

Dubes Zuhair Al-Shun:

 

Di awal Israel lah yang menyerang, tetapi kemudian dia yang membuat isu tersebut seakan mereka yang diserang. Bisakah rakyat Palestina tidak boleh melawan? Sedangkan mereka mengalami pengepungan hampir di seluruh wilayah Palestina. Orang-orang yang sedang melakukan ibadah di Masjid Al-Aqsa diserang, apakah Palestina tidak boleh melawan?

Maka dari itu, pertahanan diri yang dinyatakan oleh Israel menurut kami hanyalah klaim. Selama ini yang menderita adalah rakyat Palestina hampir lebih dari 70 tahun. Maka pernyataan untuk melindungi diri itu adalah tidak benar. 

Liputan6.com:

AS menunjukan keberpihakan kepada Israel atas konflik belakangan. Manakah yang lebih baik untuk Gaza, pemerintahan Donald Trump atau Joe Biden?

Dubes Zuhair Al-Shun:

 

Saya tidak ingin terlalu masuk ke dalam politik Amerika. Sedikit saya jelaskan, Presiden Trump menurut kami adalah presiden yang paling buruk perlakuannya terhadap rakyat Palestina. Seperti yang kita ketahui, memindahkan kedutaan ke Yerusalem.

Untuk Biden, seperti kita ketahui akhir-akhir ini menlu Amerika sedang melakukan kunjungan ke beberapa negara. Ini adalah indikasi yang baik. Kemudian ada statement yang bahwasanya dia akan mengembalikan kedutaan. Joe Biden juga mengamini dan menyutujui atas Two States Solution. Kami sangat mengikuti perkembangan menuju perdamaian yang dilakukan Joe Biden dan perangkatnya.

Kami ketahui Amerika memiliki kekuatan besar yang bisa menekan Israel, demi diperolehnya hak-hak warga Palestina khususnya dan kedamaian Palestina pada umumnya. Kemudian Joe Biden juga beberapa keputusannya, kembali membuka jalur bantuan untuk rakyat Palestina yang dulu pernah diputus selama pemerintahan Trump, akan dibukan kantor untuk PLO di Washington. Dengan ini kami merasa pihak demokrat lebih baik keputusannya dibanding yang selama ini dikeluarkan oleh Trump.

Liputan6.com:

Jadi sejauh ini keputusan pemerintahan Joe Biden lebih memberi manfaat bagi Palestina. Bagaimana tentang pernyataan Joe Biden bahwa Hamas adalah organisasi teroris?

Dubes Zuhair Al-Shun: 

Saya tidak setuju dengan istilah tersebut. Hamas sama seperti kami, mereka melakukan gerakan nasionalis untuk melindungi hak-hak warga Palestina dan melawan penjajahan Israel. Maka yang sebenarnya terjadi adalah, Israel yang selalu menyerang bangsa Palestina dari tahun 1948 kemudian menganiaya masyarakat sipil, tetapi dia tidak menamakan dirinya sebagai teroris.
Maka dari itu saya tidak setuju  dengan istilah yang dikeluarkan atau sebutan yang dikeluarkan pemerintahan mereka bahwa Hamas adalah teroris, dan kami bersama Hamas pun melakukan perlawanan demi memperoleh kemerdekaan bagi palestina dan dipenuhinya hak-hak warga Palestina.

Liputan6.com: 

Banyak negara memutuskan untuk normalisai hubungan dengan Israel. Bagaimana pandangan tentang hal tersebut?

Dubes Zuhair Al-Shun: 

Dari awal pimpinan Palestina memang menghendaki perdamaian. Mengenai normalitas hubungan yang terjadi dari beberapa negara terhadap Israel, kami tidak terlalu ambil pusing akan hal itu.
Yang penting menurut kami, apabila akibat atau hasil dari normalitas hubungan ini demi untuk menghalangi hak-hak rakyat Palestina kemudian menghalangi menjadikan Palestina sebagai negara yang merdeka, pasti hubungan ini akan mengalami kegagalan.
Yang kami inginkan adalah didirikannya negara Palestina yang berdaulat yang merdeka dengan Yerusalem dengan Al Quds sebagai ibu kotanya.
2 dari 2 halaman

Intinya adalah Kemerdekaan Palestina

Liputan6.com:

Pada intinya Palestina hanya menginginkan kemerdekaan. Bagaimana pandangan terhadap Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya?

Dubes Zuhair Al-Shun:

 

Jelas sekali, semua aktivitas yang kami lakukan menciptakan agresi terhadap orang Palestina di manapun, di Yerusalem, Gaza, West Bank. di mana-mana tentang kebijakannya (Israel). Apakah Anda pikir dia adalah pria sejati, atau pencipta perdamaian, dia menentang perdamaian, dia menciptakan agresi.

Dia bahkan tidak memikirkan tentang proses perdamaian dalam kenyataan. Dia hanya perlu menguasai tanah palestina sepenuhnya dan membuat Palestina tergusur, ini adalah kebijakannya. 

Kami tidak percaya padanya. Dia curang dan pembohong, dan selalu berbicara dengan cara yang berbeda-beda dan menipu publik serta komunitas internasional.

Seperti itulah Netanyahu dan semua darinya seperti dusta. Itu yang kami yakini.

Liputan6.com:

Tanpa mengurangi rasa keprihatinan kami. Apakah ada relasi atau saudara atau siapapun yang Anda kenal menjadi korban konflik kemarin?

Dubes Zuhair Al-Shun:

 

Saya dapat mengatakan semua orang Palestina adalah korban karena agresi ini. Baik di Tepi Barat, Yerusalem, maupun di Gaza. Tapi keluarga saya tinggal di Tepi Barat, selamat dari serangan itu.

Kita bisa melihat semua orang Palestina mengalami kesulitan dalam bergerak. Ada ribuan pos pemeriksaan yang mengontrol semua jalan, ke mana pun perginya, dari kota ke kota atau dari desake desa. Ini adalah situasi yang diderita orang-orang Palestina karena pendudukan Israel.

Itulah mengapa Anda berjuang untuk mengakhiri pendudukan untuk menjadi mandiri, untuk bebas, seperti setiap orang bebas di dunia ini.

 

Liputan6.com: 

Banyak organisasi internasional, warga sipil, LSM yang ingin membantu Palestina melewati konflik. Bagaimana cara terbaik membantu Palestina?

Dubes Zuhair Al-Shun:

 

Kami mempertimbangkan semua jenis dukungan dari semua negara, komunitas dan organisasi internasional,  warga sipil, LSM apapun. Ini adalah bagian dari dukungan kemanusiaan dan politik.

Ini diterima dengan pasti oleh komunitas kami, rakyat kami, negara kami dan pemimpin kami. Mereka mengapresiasinya. 

Di manapun, di Indonesia, Malaysia dan di mana-mana, demonstrasi mengutuk Israel. Ada pemberian bantuan keuangan kepada orang Palestina yang menjadi korban, atau kehilangan rumah karena serangan Israel.

Mungkin Anda menyalahkan komunitas internasional yang absen. Apa yang mereka lakukan, mereka tidak hadir tidak membuat lebih berpengaruh atas aksi pemerintah Israel.

Ini lah yang kita butuhkan. Kami membutuhkan lebih banyak tindakan untuk mengatasi masalah politik ini, bukankah Israel sedang mencoba untuk membuat perang dengan Palestina. Kami tidak bisa menerima itu secara politik atau dari sisi mana pun.

Jadi kami berharap saudara-saudara kami agar semakin banyak pengaruh yang dapat diambil dari komunitas internasional, dewan PBB. Hanya mengecam Israel tidak mempengaruhi mereka.

Aksi demonstrasi di beberapa bagian tidak masalah, itu menunjukkan wajah Israel. Itu menunjukkan keburukannya. Tetapi harus ada juga tindakan untuk memaksa mereka berhenti membunuh, menarik diri dan menerima resolusi internasional.

Seperti yang kalian ketahui bahwa Israel mengakui One State Resolution di tahun 1948, dan sejak tahun 1973 resolusi ini menjadi 2 bagian, satu untuk Israel dan satu untuk sisi Arab Palestina. Yang pertama sudah dilaksanakan, tahap kedua masih mengikat.

Lagi-lagi Israel membuat agresi lebih untuk menduduki Yerusalem dan Tepi Barat dan Jalur Gaza. Kami masih berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan kami sebanyak 22 persen dari latar belakang sejarah kami, peta kami itu belum diterima oleh pendudukan Israel.

Inilah yang kita butuhkan, dukungan komunitas internasional, PBB, agar semakin menunjukkan bahwa mereka mampu melaksanakan resolusi ini. Saya dapat mengatakan bahwa rakyat Palestina tetap akan berjuang, kecuali mereka mendapatkan kemerdekaannya. Ini pasti.

Orang Palestina tentu saja menghadapi banyak masalah karena militer dan tindakan Israel. Tapi bagaimanapun, kami dengan jiwa akan terus berjuang sampai merdeka.

Kami siap mati untuk Yerusalem. Tidak akan diterima untuk mereka berada di sana atau mendudukinya seperti yang mereka katakan. Pada akhirnya kita akan melanjutkan perjuangan dan perlawanan kita, kecuali mendapatkan kemerdekaan.

Saksikan video selengkapnya berikut ini: